--> Muhammad Abduh: Sang Pembaharu Islam yang Mengguncang Dunia Muslim | Fragmen Ilmiah

Fragmen Ilmiah: kumpulan bahan makalah serta konten evergreen yang mudah dipahami.

Total Tayangan Halaman

08/04/19

Muhammad Abduh: Sang Pembaharu Islam yang Mengguncang Dunia Muslim

| 08/04/19

Muhammad Abduh: 

Sang Pembaharu Islam yang Mengguncang Dunia Muslim


ABDUH: Lahir di Mesir pada tahun 1849, Abduh berasal dari keluarga petani sederhana yang sangat mencintai ilmu.


gudangmakalah165.blogspot.com - Pernahkah kamu bertanya, mengapa umat Islam pernah mengalami kejayaan luar biasa, lalu terjerembab dalam masa kemunduran panjang? 

Pertanyaan itulah yang menggugah seorang pemikir asal Mesir bernama Muhammad Abduh.

Ia bukan hanya seorang ulama, tapi juga intelektual revolusioner yang berani mendobrak kejumudan pemikiran di zamannya.

Siapakah Muhammad Abduh?

Lahir di Mesir pada tahun 1849, Abduh berasal dari keluarga petani sederhana yang sangat mencintai ilmu. 

Sejak kecil, kecerdasannya telah terlihat: pada usia 12 tahun, ia sudah hafal Al-Qur’an. 



Namun perjalanannya tak selalu mulus. Ia pernah muak dengan sistem pendidikan yang membosankan—berbasis hafalan tanpa pemahaman. Bahkan, sempat membenci buku!

Titik balik hidupnya datang ketika bertemu pamannya, seorang sufi yang sabar dan cerdas. 

Dari sana, kecintaannya pada ilmu tumbuh. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar, lalu berguru pada tokoh besar: Jamaluddin Al-Afghani, seorang pemikir progresif yang membuka cakrawala nalar dan semangat reformasi dalam dirinya.

Misi Besar Abduh: Membebaskan Umat dari Taklid Buta

Abduh gelisah melihat umat Islam yang kehilangan semangat berpikir kritis. Ia menyoroti tiga penyakit utama yang melemahkan dunia Islam:

1. Budaya taklid – mengikuti pendapat ulama masa lalu tanpa menguji kebenarannya.
2. Mandeknya ijtihad – kreativitas berpikir dan penggalian hukum Islam dibekukan.
3. Ketergantungan pada penguasa kolonial dan sistem lama.



Abduh tidak tinggal diam. Ia menyuarakan semangat pembaharuan (tajdid). Baginya, Islam adalah agama yang rasional dan dinamis. 

Maka umatnya pun harus aktif berpikir, mengembangkan ilmu, dan membuka diri terhadap kemajuan zaman—tanpa kehilangan akar keislaman.

Gagasan Besar Muhammad Abduh

1. Pendidikan sebagai Jalan Kebangkitan

Abduh percaya, *pendidikan* adalah kunci menuju kebebasan dan kemajuan. Ia mengusulkan agar pendidikan Islam tidak hanya fokus pada fikih, tapi juga membuka ruang untuk sains, logika, dan filsafat.

Ia merancang kurikulum berjenjang:

Dasar: membaca, menulis, berhitung, dan dasar agama.
Menengah: logika, akidah rasional, fikih, dan akhlak.
Lanjutan: tafsir, hadis, sejarah Islam, retorika, dan ilmu diskusi.

Tujuannya? Mencetak generasi Muslim yang berpikir kritis, tidak hanya taat, tapi juga paham.

2. Ijtihad Lebih Penting dari Taklid

Taklid membunuh kreativitas. Abduh mendorong umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis secara langsung—tentu dengan bimbingan ilmu. 

Ia menolak fanatisme mazhab dan mendorong agar setiap zaman melahirkan solusi baru melalui ijtihad.

3. Islam dan Politik: Pemerintah Harus dari Rakyat, untuk Rakyat

Abduh punya pandangan unik: Islam tidak mewajibkan bentuk pemerintahan tertentu. Yang penting adalah prinsip keadilan dan kemaslahatan. 

Ia menolak otoritas agama yang menindas atas nama Tuhan. Dalam Islam, menurutnya, kekuasaan bukan hak ilahi, melainkan amanah rakyat.

4. Emansipasi Wanita dan Kesetaraan dalam Pendidikan

Abduh juga termasuk ulama yang berpikiran maju dalam hal perempuan. Ia menegaskan bahwa perempuan berhak memperoleh pendidikan setara dengan laki-laki.

Masyarakat Islam hanya bisa bangkit jika seluruh umatnya cerdas, tanpa kecuali.

Warisan Abduh: Jalan Terang bagi Umat Islam Modern

Muhammad Abduh meninggal pada tahun 1905, namun pemikirannya terus hidup dan menginspirasi gerakan Islam modern di berbagai belahan dunia. Ia mewariskan tiga pilar utama dalam perjuangannya:



1. Purifikasi – membersihkan ajaran Islam dari kesyirikan dan takhayul.
2. Reformasi pendidikan Islam – agar Islam relevan dengan zaman.
3. Pembelaan terhadap Islam – dari tuduhan Barat bahwa Islam menghambat kemajuan.

Abduh mengajarkan bahwa Islam bukanlah agama masa lalu yang beku. 

Ia adalah jalan hidup yang rasional, progresif, dan selalu terbuka pada pembaruan. Semangat ijtihad, keberanian melawan stagnasi, dan cinta pada ilmu—itulah warisan yang ia tinggalkan.

Kini, pertanyaannya: sudahkah kita melanjutkan perjuangannya?

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar