--> Menulis dan Menyunting Naskah Ilmiah: Panduan Praktis untuk Pemula | Fragmen Ilmiah

Nyaris Informasi, Hampir Fakta

Total Tayangan Halaman

03/06/25

Menulis dan Menyunting Naskah Ilmiah: Panduan Praktis untuk Pemula

| 03/06/25

Menulis dan Menyunting Naskah Ilmiah

Panduan Praktis untuk Pemula

"Ilustrasi digital seorang mahasiswa muda duduk di meja kerja rapi, sedang menulis dan menyunting naskah ilmiah di laptop. Di sekitarnya terdapat buku catatan, pena, dan dokumen dengan grafik sederhana."

fragmenilmiah.com - Menulis naskah ilmiah bukan sekadar menuangkan ide ke dalam kata-kata. 

Ini adalah seni yang membutuhkan ketelitian, struktur yang jelas, dan kepatuhan pada aturan tertentu agar tulisan tidak hanya informatif, tetapi juga menarik dan mudah dipahami. 

Bagi mahasiswa, peneliti, atau siapa pun yang ingin menghasilkan karya ilmiah berkualitas, memahami konvensi naskah dan penyuntingan adalah kunci. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu konvensi naskah, syarat formal penulisan, serta pentingnya penyuntingan untuk menciptakan karya yang memikat.

Yuk, simak panduan praktis ini!

Mengapa Bahasa Indonesia Penting dalam Naskah Ilmiah?



Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berperan sebagai jembatan komunikasi antarpenutur berbagai bahasa daerah di Indonesia. 

Bayangkan dua orang dari provinsi berbeda yang tidak memahami bahasa daerah masing-masing—Bahasa Indonesia menjadi solusi untuk berkomunikasi dengan jelas. 

Dalam konteks tulisan ilmiah, Bahasa Indonesia harus digunakan secara baku, dengan pilihan kata yang tepat dan struktur kalimat yang logis. 

Tulisan yang baik tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga memikat pembaca dengan kejelasan dan estetika.

Apa Itu Konvensi Naskah?

Konvensi naskah adalah aturan atau kebiasaan yang disepakati dalam penulisan karya ilmiah. Ini mencakup struktur, format, dan gaya penulisan yang membuat naskah terlihat sistematis dan profesional. 

Dengan mengikuti konvensi naskah, penulis dapat menghasilkan karya yang rapi, mudah dipahami, dan menarik bagi pembaca.

Langkah awal menulis naskah ilmiah adalah membuat kerangka karangan. 

Kerangka ini membantu mengatur ide-ide pokok ke dalam bab dan subbab, sehingga penulisan menjadi lebih terarah. Selain itu, perhatikan:



Diksi: Pilih kata yang tepat agar pesan jelas dan tidak ambigu.
Struktur Kalimat: Gunakan kalimat yang ringkas, logis, dan mudah dipahami.
Estetika: Tata letak dan format yang rapi membuat naskah lebih menarik.

Konvensi naskah juga membedakan tulisan menjadi tiga jenis berdasarkan kepatuhan pada aturan formal:

Formal: Memenuhi semua syarat, seperti skripsi atau disertasi.
Semi-formal: Tidak memenuhi semua syarat, seperti artikel populer.
Non-formal: Tidak mengikuti aturan formal, seperti esai pribadi.

Syarat Formal Penulisan Naskah Ilmiah
Agar naskah ilmiah terlihat profesional, ada beberapa syarat formal yang harus dipenuhi, terdiri dari tiga bagian utama: pendahuluan, isi, dan penutup.

1. Bagian Pelengkap Pendahuluan
Bagian ini berfungsi untuk memberikan informasi awal dan membuat naskah tampak menarik. Komponennya meliputi:

Judul: Harus mencerminkan isi, menarik, dan ditulis dengan huruf kapital di tengah halaman. 



Contoh: UPAYA MENGATASI KEMISKINAN DI KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR untuk skripsi atau makalah, sertakan nama penulis, NIM, program studi, fakultas, universitas, kota, dan tahun.

Halaman Persembahan (opsional): Berisi dedikasi singkat, misalnya untuk keluarga atau tokoh inspiratif.

Halaman Pengesahan (opsional): Bukti bahwa naskah telah disetujui, biasanya untuk skripsi atau tesis, ditandatangani oleh pembimbing dan penguji.

Kata Pengantar: Berisi ucapan syukur, motivasi penulisan, ucapan terima kasih, dan harapan penulis. Hindari membahas isi naskah atau menggunakan bahasa emosional.

Daftar Isi: Memuat struktur naskah dengan nomor halaman untuk bab, subbab, dan lampiran.
Daftar Gambar/Tabel (jika ada): Mencantumkan judul dan nomor halaman gambar atau tabel.

Tips untuk halaman judul:

Gunakan format simetris dan huruf kapital.
Hindari hiasan tidak relevan, slogan, atau kata seperti “disusun oleh.”



Pastikan logo universitas (jika diperlukan) sesuai ketentuan.

2. Bagian Isi Karangan
Bagian ini adalah inti naskah, yang terdiri dari:

Pendahuluan: Menarik perhatian pembaca dan menjelaskan latar belakang, masalah, tujuan, ruang lingkup, landasan teori, sumber data, dan metode penulisan.

Contoh: Latar belakang harus menjelaskan alasan masalah penting, menggunakan penalaran logis (deduktif atau induktif) dan referensi terbaru dari jurnal atau buku ilmiah.

Tubuh Karangan: Menguraikan masalah secara tuntas dengan data primer dan sekunder. 

Pastikan:
Ketuntasan: Semua variabel dibahas dengan logika, fakta, dan contoh.

Kejelasan: Gunakan konsep yang terorganisasi, kalimat lugas, dan paragraf yang koheren dengan transisi yang jelas.

Fakta: Dukung dengan tabel, grafik, atau gambar, tetapi pastikan kebenaran fakta.Hindari subjektivitas (misalnya, “saya rasa”), kesalahan logika, atau uraian yang tidak sesuai judul.

Ringkasan argumen utama atau tujuan penulisan. Harus tegas, jelas, dan mencerminkan isi naskah. 

Contoh: “Berdasarkan analisis, pembangunan pemukiman kumuh memerlukan intervensi pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup.”

3. Bagian Pelengkap Penutup
Bagian ini melengkapi naskah dengan:

Daftar Pustaka: Berisi referensi yang digunakan, disusun alfabetis berdasarkan nama belakang penulis. Contoh:Tarigan, Henry. 1990. 

Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Lampiran: Berisi informasi tambahan, seperti esai, daftar nama, atau analisis, untuk mendukung pembahasan tanpa mengganggu alur utama.

Indeks: Daftar istilah penting dengan nomor halaman untuk memudahkan pencarian.

Riwayat Hidup Penulis: Mencakup nama, tempat/tanggal lahir, pendidikan, pengalaman, dan karya sebelumnya, terutama untuk skripsi atau tesis.

Apa Itu Penyuntingan Naskah?

Penyuntingan adalah proses mempersiapkan naskah agar siap terbit dengan memperbaiki sistematika, isi, dan bahasa. Menurut KBBI (2001), penyuntingan meliputi:

Mengedit ejaan, diksi, dan struktur kalimat.
Menyesuaikan gaya penulisan dengan standar penerbit.
Menyusun ulang jika diperlukan, seperti memotong bagian yang tidak relevan.

Penyunting bukan penerbit, sehingga fokusnya adalah pada kualitas isi, bukan aspek keuangan atau distribusi. 

Menurut Pamusuk Eneste dalam Buku Pintar Penyuntingan Naskah, penyunting harus memiliki pengetahuan luas, penguasaan bahasa yang baik, dan pemahaman tentang proses penerbitan.
Proses Penyuntingan
Penyuntingan terdiri dari tiga tahap:

Pra-Penyuntingan: Cek kelengkapan naskah (bab, tabel, daftar isi, catatan kaki) dan baca secara keseluruhan untuk memahami isi.

Penyuntingan: Perbaiki ejaan, tata bahasa, kebenaran fakta, konsistensi istilah, dan gaya penulisan sesuai standar penerbit.

Pasca-Penyuntingan: Periksa ulang kelengkapan, nomor halaman, dan kesesuaian daftar isi dengan naskah sebelum diserahkan ke penulis atau penerbit.

Syarat Menjadi Penyunting

Pengetahuan Mendalam: Paham bidang yang disunting, seperti sains atau hukum.

Waktu dan Disiplin: Mampu mengevaluasi naskah dalam waktu yang ditentukan.

Tanggung Jawab: Memberikan laporan penilaian yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tujuan Penyuntingan
Penyuntingan bertujuan untuk:

Menghasilkan naskah yang jelas, tepat, dan mudah dipahami pembaca.

Memastikan isi tidak melanggar hukum, agama, atau norma masyarakat.

Menyampaikan ide penulis dengan bahasa yang gramatikal dan menarik.

Mencerminkan identitas penerbit melalui gaya penulisan yang konsisten.

Meningkatkan estetika dan nilai karya untuk menarik minat pembaca.

Ada dua jenis penyuntingan:

Substantif: Fokus pada isi, seperti kejelasan ide, struktur bab, dan kepatuhan pada hukum atau moral. 

Penyunting dapat menyarankan penulis untuk menulis ulang atau menghapus bagian yang tidak relevan.

Kopi: Fokus pada detail teknis, seperti ejaan, tata bahasa, konsistensi istilah, dan format. 

Penyunting memeriksa kata per kata, memastikan fakta akurat, dan menyesuaikan gaya dengan standar penerbit.

Hal yang Diperhatikan dalam Penyuntingan Kopi

Fakta: Pastikan semua data benar, misalnya, hindari kesalahan seperti “papan lapis” menjadi “papan lapik.”

Diksi: Pilih kata yang tepat, sesuai dengan laras bahasa (misalnya, bahasa sains atau hukum).

Tata Bahasa: Perbaiki kesalahan seperti imbuhan, kata ganti, atau struktur kalimat.

Ejaan dan Istilah: Pastikan ejaan baku dan istilah konsisten.
Gaya: Sesuaikan tanda baca, singkatan, atau penomoran dengan gaya penerbit.

Mengapa Penyuntingan Penting?
Penyuntingan adalah jembatan antara penulis dan pembaca. 

Tanpa penyuntingan, naskah berisiko membingungkan, tidak konsisten, atau bahkan menyesatkan. 

Penyunting memastikan ide penulis tersampaikan dengan jelas, fakta terverifikasi, dan naskah memenuhi standar profesional. 

Dengan penyuntingan yang baik, naskah tidak hanya informatif, tetapi juga memiliki daya tarik visual dan intelektual.

Menulis dan menyunting naskah ilmiah adalah proses yang membutuhkan perhatian pada detail, mulai dari konvensi naskah hingga penyuntingan substansif dan kopi. 

Dengan mengikuti syarat formal, seperti struktur pendahuluan, isi, dan penutup, serta memperhatikan bahasa yang baku dan estetika, penulis dapat menghasilkan karya yang profesional. 

Sementara itu, penyunting berperan memastikan naskah siap terbit dengan kualitas tinggi. 

Jadi, jika kamu ingin membuat naskah ilmiah yang memukau, mulailah dengan kerangka yang jelas, patuhi aturan konvensi, dan jangan lupa libatkan penyunting untuk menyempurnakan karyamu!

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar