--> Fragmen Ilmiah : makalah | Deskripsi Singkat Blog di Sini

Fragmen Ilmiah: kumpulan bahan makalah serta konten evergreen yang mudah dipahami.

Total Tayangan Halaman

Tampilkan postingan dengan label makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label makalah. Tampilkan semua postingan

26/05/25

Kelahiran Pengetahuan Alamiah Modern: Dari Rasa Ingin Tahu ke Teknologi Canggih

Kelahiran Pengetahuan Alamiah Modern: Dari Rasa Ingin Tahu ke Teknologi Canggih

 Kelahiran Pengetahuan Alamiah Modern: 

Dari Rasa Ingin Tahu ke Teknologi Canggih

Melalui panca indera, kita merasakan dunia di sekitar kita—melihat, mendengar, menyentuh. Pengalaman ini menjadi cikal bakal pengetahuan. Bayangkan: nenek moyang kita memperhatikan pola matahari terbit dan tenggelam, lalu mulai bertanya, “Mengapa ini terjadi?”

gudangmakalah165.blogspot.com - Awal Mula Ilmu Pengetahuan Alamiah
Sejak manusia pertama kali menginjakkan kaki di bumi, kita selalu berinteraksi dengan alam. 

Melalui panca indera, kita merasakan dunia di sekitar kita—melihat, mendengar, menyentuh. Pengalaman ini menjadi cikal bakal pengetahuan. Bayangkan: nenek moyang kita memperhatikan pola matahari terbit dan tenggelam, lalu mulai bertanya, “Mengapa ini terjadi?” atau “Bagaimana cara membuat hidup lebih mudah?”

Ada dua dorongan utama yang memicu kelahiran ilmu pengetahuan alamiah:

Dorongan Praktis: Manusia ingin hidup lebih baik, lebih aman, dan nyaman. Inilah yang melahirkan teknologi atau ilmu terapan, seperti alat untuk berburu atau bercocok tanam.

Dorongan Teoritis: Rasa ingin tahu murni, tanpa tujuan praktis, seperti “Apa itu bintang?” atau “Mengapa langit biru?” Dorongan ini melahirkan ilmu murni, yang fokus pada pemahaman hakikat alam.


Menurut Prof. M.J. Langerveld, ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang sistematis, dapat dijelaskan secara logis, dan memiliki ciri khas: objektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum. Ciri-ciri ini memastikan bahwa ilmu bukan sekadar opini, melainkan fakta yang bisa diuji.

Apa yang Membuat Sesuatu Disebut Ilmiah?

Tidak semua pengetahuan bisa disebut ilmu. Ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pengetahuan dianggap ilmiah:

Objektif: Pengetahuan harus sesuai dengan fakta, bukan berdasarkan perasaan atau dugaan.
Metodik: Diperoleh melalui langkah-langkah teratur, seperti pengamatan dan eksperimen.
Sistematik: Pengetahuan saling berkaitan, membentuk satu kesatuan yang utuh.

Berlaku Umum: Bisa diterima dan diuji oleh siapa saja, di mana saja, dengan hasil yang konsisten.

Metode ilmiah adalah kunci untuk mencapai kebenaran. Contohnya, seorang ilmuwan kimia bernama Kekule menemukan struktur melingkar senyawa benzena setelah terinspirasi oleh mimpi tentang ular yang menggigit ekornya. Meski terdengar tidak sengaja, kebenaran temuannya tetap diuji dengan metode ilmiah agar bisa diterima secara luas.


Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Dulu, manusia mempercayai mitos sebagai penjelasan atas fenomena alam. Tapi, karena mitos sering kali tidak memuaskan, mereka beralih mencari pengetahuan sejati melalui pendekatan ilmiah. Pendekatan ini menggabungkan rasionalisme (pemikiran logis) dan empirisme (pengamatan fakta).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lahir dari proses ini. IPA fokus pada gejala alam yang bisa diamati, seperti gerakan planet atau sifat-sifat air. Penelitian ilmiah dilakukan secara sistematis: mengumpulkan data, membuat teori, lalu mengujinya. Teori yang lolos uji menjadi dasar ilmu, tapi tetap terbuka untuk diperbaiki jika ada bukti baru.

Evolusi Pengetahuan dari Masa ke Masa

Perjalanan pengetahuan manusia sangat panjang, dan setiap era membawa kemajuan baru:

1. Zaman Purba

Nenek moyang kita mulai dengan pengamatan sederhana. Mereka belajar bercocok tanam dan beternak melalui metode “trial and error”—coba-coba sampai berhasil. Mereka juga mengamati benda langit untuk membuat kalender, yang membantu mengatur waktu untuk ritual dan pertanian. Di masa ini, ilmu ukur (geometri) dan ilmu hitung (aritmatika) mulai muncul untuk mengukur lahan dan hasil panen.

2. Zaman Yunani (600 SM - 200 SM)

Bangsa Yunani membawa revolusi besar dalam cara berpikir. Mereka tidak lagi hanya menerima apa adanya, melainkan bertanya dan menyelidiki. Thales, filsuf pertama, mempertanyakan hakikat alam: “Apa yang membentuk dunia ini?” Pertanyaan ini menjadi pemicu penelitian berkelanjutan. Tokoh lain seperti Pythagoras, Aristoteles, dan Archimedes juga berkontribusi besar, meletakkan dasar ilmu modern.

3. Zaman Modern (Abad 14 - Sekarang)


Pada abad ke-14, Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan. Roger Bacon mendorong penggunaan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Nama-nama seperti Copernicus, Kepler, dan Galileo memperkuat metode ilmiah dengan pengamatan dan eksperimen. 

Francis Bacon, melalui bukunya Novum Organum, menegaskan pentingnya pendekatan empiris. Albert Einstein kemudian merevolusi fisika dengan teori relativitas, yang menjelaskan fenomena seperti gerakan benda berkecepatan tinggi.

Perkembangan teknologi juga berperan besar. Teleskop Galileo membantu kita memahami tata surya, sementara mikroskop membuka dunia mikroskopis. Laboratorium modern, seperti yang dibangun di Universitas Glessen pada 1925, memungkinkan penemuan senyawa kimia baru. Di Laboratorium Cavendish, elektron, proton, dan neutron ditemukan, menjadi fondasi fisika atom.

Dari Ilmu ke Teknologi: Mengubah Dunia

Ilmu pengetahuan alam tidak hanya tentang memahami alam, tapi juga menerapkannya untuk kehidupan yang lebih baik. Inilah yang disebut teknologi. Namun, mengubah ilmu menjadi teknologi melibatkan pengambilan keputusan, yang memerlukan empat elemen utama:

Model: Representasi masalah dalam bentuk matematis, seperti simulasi untuk meramalkan hasil.
Kriteria: Tujuan yang ingin dicapai, misalnya pesawat dengan kecepatan tinggi dan daya angkut besar.

Kendala: Batasan yang harus diperhatikan, seperti mengurangi polusi pada kendaraan.
Optimasi: Menemukan solusi terbaik dengan mempertimbangkan model dan kendala.

Contohnya, ilmu fisika tentang tekanan udara (ditemukan melalui pompa udara Otto von Guericke pada abad ke-17) diterapkan dalam teknologi penerbangan. Atau, penemuan listrik statis membuka jalan bagi pembangkit listrik modern. Teknologi seperti ini terus berkembang, membantu kita menjelajahi dunia—dari samudra hingga luar angkasa.

Penutup: Ilmu untuk Masa Depan

Perjalanan pengetahuan alamiah modern menunjukkan betapa rasa ingin tahu manusia bisa mengubah dunia. Dari pengamatan sederhana di zaman purba hingga laboratorium canggih hari ini, ilmu pengetahuan terus berkembang, membawa kita ke era teknologi yang luar biasa. 
Tapi, perjalanan ini belum selesai. Masih banyak misteri alam yang menunggu untuk dipecahkan. Apa penemuan ilmiah yang paling kamu tunggu di masa depan? Tulis pendapatmu di kolom komentar!
Perjalanan Menarik Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Perjalanan Menarik Berdirinya Dinasti Abbasiyah

 Perjalanan Menarik Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Abul Abbas, didampingi tokoh-tokoh seperti Abu Ja’far dan Abu Salamah, berhasil mengambil alih Kufah dari penguasa Umayyah, Yazid bin Umar. 


gudangmakalah165.blogspot.com - Awal Mula Dinasti Abbasiyah: Dari Paman Rasulullah
Dinasti Abbasiyah lahir berkat peran penting Al-Abbas, paman Rasulullah SAW. 

Kisahnya dimulai pada tahun 132 H (750 M) ketika Abdullah Ash-Shaffah, keturunan Al-Abbas, menjadi khalifah pertama. 

Dinasti ini berdiri di atas cita-cita Bani Hasyim, yang percaya bahwa kekuasaan seharusnya dipegang oleh keturunan Rasulullah. Berbeda dengan pendahulunya, Dinasti Umayyah, Abbasiyah membawa angin segar dengan fokus pada persatuan dan keadilan.

Sebelum berdiri, tiga kota menjadi basis utama perjuangan: Humaimah, Kufah, dan Khurasan. Di Humaimah, keluarga Abbasiyah dipimpin oleh Al-Imam Muhammad bin Ali, yang meletakkan fondasi dinasti ini. 

Namun, perjalanan mereka tidak mulus. Imam Ibrahim, pemimpin awal, tertangkap dan dieksekusi oleh Khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Sebelum meninggal, ia menitipkan amanah kepada adiknya, Abul Abbas, untuk melanjutkan perjuangan dan pindah ke Kufah.

Perjuangan dan Kemenangan di Kufah

Abul Abbas, didampingi tokoh-tokoh seperti Abu Ja’far dan Abu Salamah, berhasil mengambil alih Kufah dari penguasa Umayyah, Yazid bin Umar. Pasukan Abbasiyah kemudian mengejar Marwan bin Muhammad hingga ke Mesir, di mana ia akhirnya tewas di Busir pada tahun 750 M.

Dengan kemenangan ini, Abul Abbas Ash-Shaffah resmi menjadi khalifah pertama Dinasti Abbasiyah, menandai awal era baru dengan Kufah sebagai pusat kekuasaan awal sebelum pindah ke Ambar.

Sistem Pemerintahan yang Berubah

Pergantian dari Umayyah ke Abbasiyah bukan sekadar pergantian dinasti, melainkan revolusi besar dalam sejarah Islam—mirip dengan Revolusi Prancis atau Rusia di Barat. 

Ash-Shaffah memerintah selama kurang lebih empat tahun sebelum wafat pada usia muda, 29 atau 33 tahun, di Ambar. Setelahnya, dinasti ini mengalami empat periode pemerintahan yang mencerminkan perubahan politik, sosial, dan budaya:


Masa Abbasiyah I (750-847 M): Masa awal yang kuat hingga wafatnya Khalifah Al-Wastiq.
Masa Abbasiyah II (847-946 M): Dimulai dengan Khalifah Al-Mutawakkil hingga masuknya Daulah Buwaihiyah.
Masa Abbasiyah III (946-1055 M): Dari Daulah Buwaihiyah hingga kedatangan kaum Saljuk.
Masa Abbasiyah IV (1055-1258 M): Berakhir tragis dengan jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol.

Kemajuan yang Mengagumkan

Dinasti Abbasiyah dikenal sebagai masa keemasan Islam. Mereka unggul di berbagai bidang:

Sosial dan Budaya: Akulturasi masyarakat melahirkan arsitektur megah seperti istana Qashrul Dzahabi dan kota Baghdad. Sastrawan terkenal seperti Abu Nawas dan musisi seperti Al-Farabi juga muncul di era ini.

Pendidikan: Khalifah mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga tinggi, meletakkan dasar ilmu pengetahuan Islam.

Ilmu Pengetahuan: Filsuf seperti Al-Kindi dan sejarawan seperti Muhammad bin Ishaq berkontribusi besar. Bidang astronomi, ilmu bumi, dan agama (seperti hadis dan fiqih) juga berkembang pesat.

Politik dan Militer: Berbeda dengan Umayyah yang ekspansif, Abbasiyah fokus pada pengembangan peradaban, meski tetap mempertahankan wilayah dengan departemen pertahanan, Diwanul Jundi.

Runtuhnya Dinasti Abbasiyah
Sayangnya, kejayaan ini tak bertahan selamanya. Faktor internal dan eksternal memicu kejatuhan:

Faktor Eksternal: Perang Salib dan serangan Mongol menjadi pukulan besar. Pada 1258 M, Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, membantai jutaan jiwa, didukung oleh pengkhianatan menteri Syiah, Ibn ‘Alqami.

Faktor Internal: Perebutan kekuasaan, munculnya dinasti kecil (seperti Thahiriyyah dan Fatimiyah), kemerosotan ekonomi akibat korupsi, dan konflik agama (seperti Syiah vs Sunni) melemahkan dinasti ini.

Penutup: Warisan yang Abadi

Meski runtuh pada 1258 M, Dinasti Abbasiyah meninggalkan warisan luar biasa dalam ilmu, seni, dan budaya Islam. Dari Baghdad yang megah hingga karya-karya intelektual yang masih dibaca, mereka mengajarkan bahwa peradaban lahir dari kerja keras dan inovasi.

Bagaimana menurutmu, apa pelajaran terbesar dari sejarah ini? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar!
Tujuan dan Manfaat Penelitian: Mengapa Penelitian Itu Penting?

Tujuan dan Manfaat Penelitian: Mengapa Penelitian Itu Penting?

 Tujuan dan Manfaat Penelitian: 

Mengapa Penelitian Itu Penting?


Bayangkan penelitian sebagai sebuah petualangan. Tujuan penelitian adalah peta yang menunjukkan arah perjalanan—apa yang ingin kita temukan di akhir ekspedisi.


gudangmakalah165.blogspot.com - Apa Itu Tujuan Penelitian?
Bayangkan penelitian sebagai sebuah petualangan. 
Tujuan penelitian adalah peta yang menunjukkan arah perjalanan—apa yang ingin kita temukan di akhir ekspedisi. 

Tujuan ini biasanya dirumuskan dalam kalimat yang jelas, menunjukkan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai. 

Misalnya, seorang peneliti mungkin ingin tahu, "Mengapa polusi udara di kota besar semakin parah?" atau "Bagaimana pola makan memengaruhi kesehatan jantung?"

Tujuan penelitian harus relevan dengan masalah yang dihadapi. Ini bukan cuma soal menulis laporan untuk nilai akademis, tapi tentang menemukan solusi nyata. 

Tujuan penelitian biasanya dibagi menjadi dua jenis:


Tujuan Umum: Gambaran besar dari apa yang ingin dicapai. Misalnya, "Memahami dampak polusi terhadap kesehatan masyarakat."

Tujuan Khusus: Langkah-langkah kecil yang lebih rinci untuk mencapai tujuan umum, seperti "Menganalisis tingkat polutan di udara pada jam sibuk" atau "Meneliti hubungan antara polusi dan penyakit pernapasan."

Kesalahan yang sering dilakukan mahasiswa? Menulis tujuan seperti "untuk memenuhi tugas kuliah" atau "untuk mengumpulkan data." 

Itu bukan tujuan penelitian, itu cuma alasan! Tujuan yang baik harus lebih luas, fokus pada solusi, dan relevan dengan masalah yang diteliti.
Mengapa Penelitian Itu Penting?

Penelitian bukan cuma urusan para ilmuwan di laboratorium. Manfaatnya bisa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa alasan mengapa penelitian itu penting:

Menggambarkan Realitas: Penelitian membantu kita memahami dunia di sekitar kita. Misalnya, penelitian kesehatan bisa mengungkapkan seberapa sehat suatu komunitas atau apa saja tantangan yang mereka hadapi.

Mencari Solusi: Penelitian bisa mengidentifikasi penyebab masalah, seperti kegagalan sistem kesehatan, dan menawarkan alternatif solusi. Bayangkan kalau tidak ada penelitian tentang vaksin—kita mungkin masih berjuang melawan penyakit yang kini sudah terkendali!

Mendukung Kebijakan: Hasil penelitian sering menjadi dasar untuk membuat kebijakan yang lebih baik, seperti strategi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan atau mengelola sumber daya.

Mendorong Inovasi: Penelitian memperluas ilmu pengetahuan dan membuka pintu untuk teknologi baru, seperti alat medis canggih atau solusi ramah lingkungan.

Mendukung Efisiensi: Penelitian bisa menunjukkan cara terbaik untuk menggunakan sumber daya, mulai dari anggaran hingga tenaga kerja, demi hasil yang maksimal.

Contoh nyata? Penelitian tentang pola makan sehat membantu dokter memberikan saran yang lebih tepat kepada pasien. Atau penelitian tentang energi terbarukan membantu kita beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi yang lebih berkelanjutan.

Bagaimana Penelitian Dirancang?

Untuk menghasilkan penelitian yang bermakna, ada dua elemen penting yang perlu diperhatikan:

1. Tinjauan Teori

Ini seperti fondasi rumah. Tinjauan teori mengumpulkan semua pengetahuan yang sudah ada tentang topik yang diteliti. Misalnya, kalau kamu meneliti efek media sosial terhadap kesehatan mental, kamu akan menggali teori psikologi, studi sebelumnya, dan data relevan. Tinjauan teori membantu memastikan penelitianmu berdasar pada fakta, bukan asumsi.

2. Kerangka Konsep

Bayangkan ini sebagai peta pikiran. Kerangka konsep menunjukkan bagaimana variabel-variabel dalam penelitian saling terhubung. Misalnya, dalam penelitian tentang polusi, variabel seperti "kualitas udara" dan "kesehatan masyarakat" dihubungkan dengan jelas dalam diagram atau bagan. Kerangka konsep yang baik:

Mengidentifikasi variabel dengan jelas.
Menjelaskan hubungan antar variabel.

Disajikan dalam bentuk visual yang mudah dipahami.

Kesimpulan: Penelitian untuk Dunia yang Lebih Baik

Penelitian bukan sekadar tugas akademis—it’s a game-changer! Dengan tujuan yang jelas, penelitian bisa memecahkan masalah, menghasilkan solusi, dan memperluas wawasan kita tentang dunia. Dari menemukan obat baru hingga merancang kebijakan yang lebih baik, penelitian adalah alat yang membawa kita menuju masa depan yang lebih cerah.

Jadi, lain kali kamu mendengar kata “penelitian,” jangan bayangkan tumpukan kertas membosankan. Bayangkan petualangan untuk menemukan jawaban, menyelesaikan masalah, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Apa topik penelitian yang menurutmu paling menarik? Tulis di kolom komentar!

12/12/20

Makalah Ijma' dan Qiyas dalam Islam

Makalah Ijma' dan Qiyas dalam Islam

Makalah Ijma' dan Qiyas Dalam Islam

Ijma’ dan qiyas adalah salah satu sumber hukum islam yang memiliki tingkat kekuatan argumentasi di bawah dalil-dalil Nash (Al-Qur’an dan Hadits)

Pengertian Ijma' dan Qiyas, Contoh hingga Macam-macamnya

Ijma’ dan qiyas adalah salah satu sumber hukum islam yang memiliki tingkat kekuatan argumentasi di bawah dalil-dalil Nash (Al-Qur’an dan Hadits).

Ia merupakan dalil pertama setelah Al-Qur’an dan Hadits yang dapat dijadikan pedoman dalam menggali hukum-hukum islam.

Namun ada komunitas umat islam tidak mengakui dengan adanya ijma’ dan qiyas itu sendiri yang mana mereka hanya berpedoman pada Al-Qur’an dan Al Hadits.

Mereka berijtihat dengan sendirinya itupun tidak lepas dari dua teks itu sendiri (Al-Qur’an dan Hadits).


Ijma’ dan qiyas muncul setelah Rasulullah wafat, para sahabat melakukan ijtihad untuk menetapkan hukum terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi. 

Khalifah Umar Ibnu Khattab RA. misalnya selalu mengumpulkan para sahabat untuk berdiskusi dan bertukar fikiran dalam menetapkan hukum.

Jika mereka telah sepakat pada satu hukum, maka ia menjalankan pemerintahan berdasarkan hukum yang telah disepakati.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian ijma’ dan qiyas
2. Macam-macam ijma’ dan qiyas
3. Kedudukan ijma’ dan qiyas dalam agama Islam
4. Pentingnya ijma’ dan qiyas dalam agama Islam

C. Tujuan        
Dalam penulisan makalah ini penulis bertujuan agar kita para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara untuk lebih memahami sumber hukum islam seperti ijma’ dan qiyas.


Yang telah disepakati oleh para mujtahid yang dijadikan sebagai sumber hukum islam setelah Al-Qur’an dan Hadits.

BAB II, Pembahasan 
A. Pengertian Ijma' dan Qiyas.

Ijma’ menurut bahasa artinya sepakat, setuju atau sependapat. 

Sedangkan menurut istilah; kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. 

Pada masa Rasulullah masih hidup, tidak pernah dikatakan ijma’ dalam menetapkan suatu hukum, kerena segala persoalan dikembalikan kepada beliau, apabila ada hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui hukumnya.

Pengertian qiyas. Secara Etimologi (bahasa) Qiyas menurut arti bahasa arab ialah penyamaan, membandingkan atau pengukuran, menyamakan sesuatu dengan yang lain.


Secara Terminologi (istilah) menurut ulama ushul Qiyas berarti menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.

Imam Syafi’i mendefinisikan qiyas sebagai upaya pencarian (ketetapanhukum) dengan berdasarkan dalil-dalil terhadap sesuatu yang pernah diinformasikan dalam al-Qur’an dan hadis.

Dalam kitab Ar-Risalah Imam Syafi’i juga berkata, “Qiyas adalah suatu yang dipecahkan berdasarkan dalil-dalil yang disesuaikan dengan informasi yang tersirat dalam al-Qur’an atau hadis, karena keduanya adalah kebenaran hakiki yang wajib dijadikan sumber

C. Macam-macam Ijma' dan Qiyas
Ijma’ ditinjau dari cara penetapannya ada dua:

Ijma’ Sharih Yaitu semua para mujtahid (pejuang islam) mengemukakan pendapat mereka masing-masing secara jelas dengan sistem fatwa atau qadha (memberi keputusan). 


Artinya setiap mujtahid menyampaikan ucapan atau perbuatan yang mengungkapkan secara jelas tentang pendapatnya,dan kemudian menyepakati salah satunya.

Ijma’ Sukuti (diam). Yaitu pendapat sebagian ulama tentang suatu masalah yang diketahui oleh para mujtahid lainnya, tapi mereka diam, tidak menyepakati atau pun menolak pendapat tersebut secara jelas. 

Ijma’ sukuti dikatakan sah apabila telah memenuhi beberapa kriteria berikut :

Diamnya mujtahid itu betul-betul tidak menunjukan adanya kesepakatan atau penolakan. 

Bila terdapat tanda-tanda yang menunjukan adanya kesepakatan, yang dilakukan oleh sebagian mujtahid. Maka tidak dikatakan ijma’sukuti, melainkan ijma’ sharih. Begitu pula bila terdapat tanda-tanda penolakan yang dikemukakan oleh sebagian mujtahid, itupun bukan ijma’sukuti.

Keadaan diamnya para mujtahid itu cukup lama, yang bisa dipakai untuk memikirkan permasalahannya, dan biasanya dipandang cukup untuk mengemukaka hasil pendapatnya.

Permasalahan yag difatwakan oleh mujtahid tersebut adalah permasalahan ijtihadi, yang bersumberkan dalil-dalil dzani (dugaan). 

Sedangkan permasalahan yang tidak boleh di-ijtihadi atau yang bersumber dari dalil-dalil tidak qath’I (pasti), jika seorang mujtahid mengeluarkan pendapat tanpa didasari dalil yang kuat, sedangkan yang lainnya diam. Hal itu tidak bisa disebut ijma’.

Contoh ijma’ sukuti. Diadakannya adzan dua kali dan iqomah untuk sholat jum’at, yang diprakarsai oleh sahabat Utsman bin Affan r.a. 

Pada masa kekhalifahan beliau. Para sahabat lainnya tidak ada yang memprotes atau menolak ijma’ Beliau tersebut dan diamnya para sahabat lainnya adalah tanda menerimanya mereka atas prakarsa tersebut.

Selain macam-macam ijma’ diatas, terdapat pula beberapa macam ijma’ yang dihubungkan dengan masa terjadinya, tempat terjadinya atau orang-orang yang melaksanakannya. Ijma’-ijma’ itu adalah :

Ijma’ sahabat, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW.

Contoh ijma’ sahabat Ijma’ sahabat tentang pemerintahan. Wajib hukumnya mengangkat seorang imam atau khalifah untuk menggantikan Rasulullah dalam menyangkut urusan agama dan dunia yang disepakati oleh para Sahabat Rasulullah.

Ijma’ khulafaur rasyidin, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bun Abi Thalib. 

Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan pada masa keempat orang itu hidup.

Contoh ijma’ fi’ly dari Khulafa’ Rosyidin Shalat tarawih adalah shalat dilakukan sesudah sholat isya’ sampai waktu fajar. 

Bilangan rakaatnya yang pernah dilakukan oleh Rasulullah adalah 8 rakaat.

Umar bin Khattab mengerjakannya sampai 20 rakaat. Amalan Umar bi Khattab ini disepakati oleh ijma’. Ijma’ ini tergolong ijma’ fi’ly dari Khulafa’ Rosyidin.

Ijma’ syaikhan, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh Abu Bakar dab Umar bin Kattab.

Ijma’ ahli madinah, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh ulama-ulama madinah.

Madzhab Maliki menjadikan ijma’ ahli madinah ini sebagai salah satu sumber hukum islam. Menurut pendapat Imam Malik yang menyatakan bahwa ijma’ mujthahid Madinah saja sudah merupakan kesimpulan ijma’.

Ijma’ ulama kuffah, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh ulama-ulama kuffah. Madzhab Hanafi menjadikan ijma’ ulama kuffah sebagai salah satu sumber hukum islam.

Ijma’ dipandang tidak sah, kecuali bila mempunyai sandaran, sebab ijma’ bukan merupakan dalil yang berdiri sendiri. Selain itu fatwa dalam masalah agama tanpa sandaran adalah tidak sah.

Ditinjau dari segi yakin atau tidaknya terjadi suatu ijma', dapat dibagi kepada:

ljma`qath`i, yaitu hukum yang dihasilkan ijma' itu adalah qath'i (pasti) diyakini benar terjadinya, tidak ada kemungkinan lain bahwa hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan berbeda dengan hasil ijma' yang dilakukan pada waktu yang lain.

ljma`Zhanni, yaitu hukum yang dihasilkan ijma' itu Zhanni (dugaan), masih ada kemungkinan lain bahwa hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan berbeda dengan hasil ijtihad orang lain atau dengan hasil ijma' yang dilakukan pada waktu yang lain.

Macam-macam Qiyas, Qiyas mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan pada tingkat kekuatan hukum karena adanya illat yang ada pada asal dan furu’, adapun tingkatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu :

Qiyas Awlawi, yaitu bahwa ‘illat yang terdapat pada far’u (cabang) lebih utama daripada ‘illat yang terdapat pada ashl (pokok). 

Misalnya mengqiyaskan hukum haram memukul kedua orang tua kepada hukum haram mengatakan “ah” yang terdapat dalam surat al-Isra’ ayat 23.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. 

Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. “(Q.S. Al Isra’ : 23).

Karena alasan (‘illat) sama-sama menyakiti orang tua. Namun, tindakan memukul dalam hal ini cabang (far’u) lebih menyakiti orang tua sehingga hukumnya lebih berat dibandingkan dengan haram mengatakan “ah” pada ashl.

Qiyas Musawi, yaitu qiyas di mana illat yang terdapat pada cabang (far’u) sama bobotnya dengan bobot ‘illat yang terdapat pada ashl (pokok). 

Contohnya keharaman memakan harta anak yatim berdasarkan firman Allah surah An-nisa’ : 10.

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا (10)

Yang artinya : Sebenarnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). 

Dari ayat diatas kita dapat mengqiyaskan bahwa segala bentuk kerusakan atau kesalahan pengelolaan atau salah menejemen yang menyebabkan hilangnya harta tersebut juga dilarang seperti memakan harta anak yatim tersebut.

Qiyas al-Adna, yaitu qiyas di mana ‘illat yang terdapat pada furu’ (cabang) lebih rendah bobotnya dibandingkan dengan ‘illat yang terdapat pada ashl (pokok).

Sebagai contoh, mengqiyaskan hukum apel kepada gandum dalam hal riba fadhal (riba yang terjadi karena adanya kelebihan dalam tukar menukar antara dua bahan kebutuhan pokok atau makanan). 

Dalam masalah kasus ini, illah hukumnya adalah baik apel maupun gandum merupakan jenis makanan yang bisa dimakan dan ditakar. 

Namun ada segi yang lain dari illah gandum yang tidak terdapat pada apel, apa itu? Apel tidak makanan pokok. Oleh karenanya, illah yang ada pada apel lebih lemah dibandingkan dengan illah yang ada pada gandum yang menjadi makanan pokok.

Apabila dilihat dari segi jelas atau tidak jelasnya ‘illat yang menjadi landasan hukum, maka qiyas dapat dibagi menjadi dua macam :

Qiyas Jali, yaitu qiyas yang dinyatakan ‘illatnya secara tegas dalam Al Quran dan Sunnah atau tidak dinyatakan secara tegas dalam kedua sumber tersebut.

Tetapi berdasarkan penelitian kuat dugaan bahwa tidak ada perbedaan antara ashl dan cabang dari segi kesamaan ‘illatnya. 

Misalnya, mengqiyaskan memukul kedua orang tua dengan larangan mengucapkan “ah” sebagaimana dalam contoh qiyas awla di atas. Menurut Wahbah al-Zuhaili, qiyas jali ini meliputi apa yang disebut dengan qiyas awla dan qiyas musawi.

Qiyas Khafi, yaitu qiyas yang illatnya di istinbatkan atau ditarik dari hukum ashl. 

Misalnya, mengqiyaskan pembunuhan dengan memakai benda tajam karena ada kesamaan ‘illat antara keduanya, yaitu kesengajaan dan permusuhan pada pembunuhan dengan benda tumpul sebagaimana terdapat pada pembunuhan dengan menggunakan benda tajam.

C. Kedudukan Ijma' dan Qiyas

Kebanyakan ulama’ mengetahui bahwa ijma’ merupakan sumber hukum yang kuat dalam menetapkan hukum islam dan menduduki tingkatan ketiga dalam sumber hukum islam. 

Kekuatan ijma’ sebagai sumber hukum islam ditunjukkan dalam nash Al-Qur’an dan Al-Hadist, diantaranya ialah: QS. An-Nisa: 59

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu”

Dengan demikian, pada dasarnya ijma’ dapat dijadikan alternative dalam menetapkan hukum suatu peristiwa yang di dalam Al-Qur’an atau Al-Hadist tidak ada atau kurang jelas hukumnya.

Kedudukan Qiyas. Dalam peranannya pada agama islam, qiyas sebagai hujjah (sumber hukum) islam yang keempat setelah al-Qur’an, al-hadist, dan ijma’. 

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa qiyas merupakan salah satu proses ijtihad, maka Imam Syafi’i mengatakan bahwa ijtihad itu sesungguhnya adalah mengetahui jalan-jalan qiyas. 

Oleh sebab itu, mujtahid harus mengetahui tentang qiyas dengan benar serta memungkinkan mujtahid untuk memilih hukum asal yang lebih dekat dengan objek. Mereka berpendapat demikian dengan berpegang kepada

Firman Allah SWT:

فَـاعْــتَــبِــيْــرُوْا يَـآ اُوْ لىِ اْلاَ بــْـصَارِ

"Hendaklah kamu mengambil I’tibar (contoh / ibarat / pelajaran). Hai orang-orang yang berfikiran". (Q.S. Al-Hasyr : 2)

Karena i’itibar artinya adalah "Qiyash-Syai’i-bisy-Syai’ (Membanding sesuatu dengan sesuatu yang lain).

D. Pentingnya Ijma' dan Qiyas dalam Agama Islam

Apabila kita tidak mendapatkan hukum dalam al-Qur’an maupun dalam as-Sunnah, maka kita tinjau apakah para ulama’ kaum muslimin telah ijma’. Apabila ternyata demikian, maka ijma’ mereka kita ambil dan kita laksanakan.

Para ulama bersepakat bahwa yang dijadikan landasan oleh ijma’ hanyalah Al-Qur’an dan Sunnah. 

Sementara itu untuk qiyas masih terdapat perbedaan pendapat. Dalam hal ini para fuqaha terbagi menjadi tiga pendapat:

Qiyas tidak dapat dijadikan landasan bagi ijma’, karena qiyas mempunyai beberapa segi yang bermacam-macam. 

Di segi lain kehujjahan qiyas bukanlah sesuatu yang disepakati, sehingga tidak mungkin qiyas dapat dijadikan landasan bagi ijma’.

Qiyas dengan segala bentuknya dapat dijadikan sandaran ijma’, karena qiyas adalah hujjah syar’iyyah yang didasarkan pada dalil-dalil nash. 

Apabila illat suatu qiyas disebutkan dalam nash atau sudah jelas sehingga tidak memerlukan pembahasan yang mendalam yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi, maka qiyas dapat dijadikan landasan oleh ijma’.

Sebaliknya jika illat suatu qiyas tidak jelas atau tidak disebutkan dalam nash, maka qiyas tersebut tidak dapat dijadikan landasan ijma

BAB III, Penutup
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ijma’ dan qiyas adalah suatu dalil syara’ yang memiliki tingkat kekuatan argumentatif di bawah dalil-dalil nas (Al Quran dan hadits). Ia merupakan dalil-dalil setelah Al Quran dan hadits. Yang dapat dijadikan pedoman dalam menggali hukum-hukum syara’.

Pada masa Rasulullah masih hidup, tidak pernah dikatakan ijma’ dan qiyas dalam menetapkan suatu hukum, karena segala permasalahan dikembalikan kepada beliau, apabila ada hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui hukumnya.

Adapun dari ijma’ dan qiyas itu sendiri harus memenuhi syarat-syarat tertentu, agar dalam kesepakatan para mujtahid dapat diterima dan dijadikan sebagai hujjah/ sumber hukum.

Serta dari ijma’ dan qiyas itu sendiri terdapat beberapa macam. Dari beberapa versi itu lahirlah perbedaan-perbedaan dalam pandangan ulama’ mengenai ijma’ dan qiyas itu sendiri.

B. Saran dan Kritikan

Jadikanlah makalah ini sebagai media untuk memahami diantara sumber-sumber Islam (ijma’ dan qiyas) demi terwujudnya dan terciptanya tatanan umat (masyarakat) adil dan makmur. Kami sadar, dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dan konstruktif demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Daftar Pusaka:
- M. Ali Hasan. Perbandingan Mazhab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007.
- Drs. Moh. Rifa’i. Usul Fiqih. Bandung: PT. Alma’arif 1973.
- Prof. Dr. Abdul Wahab Khallaf. Ilmu Usul Fiqih. Pustaka Amani, Jakarta 2003.
- Prof. Abdul Wahab Khallaf. Ilmu Ushul Fiqih. Dina Utama, Semarang 1994m
- Prof. Dr. Rachmat Syafi’i. MA. Ilmu Usul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia 2007.
- Prof. Muhamad Abu Zahrah. Usul Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus, Cetakan Pertama 1994., Cetakan Kesembilan 2005.
- Drs. H. A. Syafi’i Karim. Fiqih Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, Cetakan Pertama 1997., Cetakan Kedua 2001
- Drs. Chaerul Uman Dkk. Ushul Fiqih 1. Pustaka Setia, Bandung 1998.


08/05/20

Memahami Investasi dalam Ekonomi Makro: Kunci Pertumbuhan Ekonomi

Memahami Investasi dalam Ekonomi Makro: Kunci Pertumbuhan Ekonomi

Memahami Investasi dalam Ekonomi Makro: 

Kunci Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi makro adalah ilmu yang mempelajari perekonomian secara keseluruhan, seperti pertumbuhan output, inflasi, dan pengangguran.


gudangmakalah165.blogspot.com - Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa perekonomian suatu negara bisa tumbuh pesat atau justru terpuruk? Salah satu jawabannya ada pada investasi. 

Dalam dunia ekonomi makro, investasi bukan sekadar menabung di bank atau membeli saham, tetapi sebuah mesin penggerak yang mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Yuk, kita bahas apa itu investasi dalam ekonomi makro dan kriteria apa saja yang membuat investasi layak dilakukan!

Apa Itu Ekonomi Makro?

Ekonomi makro adalah ilmu yang mempelajari perekonomian secara keseluruhan, seperti pertumbuhan output, inflasi, dan pengangguran. 



Berbeda dengan ekonomi mikro yang fokus pada individu atau perusahaan, ekonomi makro melihat gambaran besar: bagaimana kebijakan pemerintah, seperti kebijakan fiskal atau moneter, memengaruhi perekonomian. 

Salah satu elemen kunci dalam ekonomi makro adalah pengeluaran agregat, yang terdiri dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi, serta ekspor dan impor. 

Nah, di sini investasi memainkan peran besar!

Investasi: Penggerak Perekonomian

Secara sederhana, investasi adalah penanaman modal untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. 

Dalam ekonomi makro, investasi berfokus pada pembelian barang modal—seperti mesin, pabrik, atau bangunan—yang digunakan untuk produksi. Investasi ini terbagi menjadi dua jenis:

Investasi Non-Residential: Seperti pembelian mesin atau pembangunan pabrik.

Investasi Residential: Seperti pembangunan rumah baru.

Investasi juga mencakup persediaan, yaitu stok barang yang belum terjual, bahan baku, atau barang setengah jadi. 



Dalam rumus Produk Domestik Bruto (PDB), investasi (I) adalah salah satu komponen kunci:PDB = C (Konsumsi) + I (Investasi) + G (Pengeluaran Pemerintah) + (X - M) (Ekspor - Impor).

Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin besar pula investasi. 

Namun, tingkat bunga juga berperan: bunga tinggi bisa membuat investasi terasa mahal, sedangkan bunga rendah mendorong perusahaan untuk berinvestasi lebih banyak.

Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Investasi dan pertumbuhan ekonomi saling terkait erat. Investasi yang sehat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produksi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

Sebaliknya, ekonomi yang kuat menyediakan sumber daya untuk investasi baru. Ini seperti lingkaran positif: investasi mendorong pertumbuhan, dan pertumbuhan membuka peluang investasi lebih besar.

Menurut ekonom Joseph Schumpeter, investasi otonom (yang tidak bergantung pada pendapatan nasional) dipengaruhi oleh faktor seperti kemajuan teknologi, ramalan ekonomi masa depan, dan tingkat keuntungan.

Sementara itu, investasi terpengaruh meningkat seiring naiknya pendapatan nasional.

Kriteria Investasi: Bagaimana Menentukan Kelayakan?

Tidak semua investasi layak dilakukan. 



Ada beberapa kriteria untuk menilai apakah sebuah proyek investasi menguntungkan:

Payback Period (PP): Mengukur berapa lama modal akan kembali. Jika lebih cepat dari umur proyek, investasi dianggap layak. 

Namun, metode ini mengabaikan nilai waktu uang.
Average Rate of Return (ARR): Menghitung rata-rata laba setelah pajak dibandingkan investasi. Semakin tinggi ARR, semakin menarik investasinya.

Net Present Value (NPV): Membandingkan nilai sekarang dari arus kas masuk dengan investasi awal. 

Jika NPV positif, investasi diterima.

Internal Rate of Return (IRR): Mengukur tingkat pengembalian internal. 

Jika IRR lebih besar dari bunga pinjaman, investasi layak.

Setiap kriteria punya kelebihan dan kelemahan, jadi perusahaan biasanya menggunakan kombinasi metode ini untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat.

Mengapa Investasi Penting?

Investasi adalah jantung pertumbuhan ekonomi. Tanpa investasi, tidak ada pabrik baru, tidak ada inovasi teknologi, dan tidak ada peningkatan kesejahteraan. 

Di Indonesia, investasi dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) menjadi indikator penting untuk mengukur kesehatan ekonomi. 



Dengan memahami investasi dan kriterianya, kita bisa melihat bagaimana keputusan bisnis dan kebijakan pemerintah membentuk masa depan perekonomian.

Penutup: Investasi untuk Masa Depan

Investasi dalam ekonomi makro bukan hanya soal uang, tetapi juga tentang visi untuk masa depan. Dengan memilih investasi yang tepat—berdasarkan kriteria seperti PP, ARR, NPV, dan IRR—perusahaan dan pemerintah bisa mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. 

Bagaimana menurutmu? Apakah kamu tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang investasi atau punya pengalaman terkait investasi di sekitarmu? Yuk, share di kolom komentar!


21/08/19

7 Tokoh Filsafat Alam atau Pra-Socratic, Serta Penjelasan Gnoti Seauton dan Maieutica-technic

7 Tokoh Filsafat Alam atau Pra-Socratic, Serta Penjelasan Gnoti Seauton dan Maieutica-technic

MAKALAH FILSAFAT UMUM PRA-SOCRATIC

7 Tokoh Filsafat Alam atau Pra-Socratic, serta Penjelasan Gnoti Seauton dan Maieutica-technic

7 Tokoh Filsafat Alam atau Pra-Socratic, serta Penjelasan Gnoti Seauton dan Maieutica-technic

GUDANGMAKALAH165.BLOGSPOT.COM - BAB I, Pendahuluan. A. Latar Belakang.

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senantiasa terkagum atas apa yang dilihatnya.
Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-indranya, dan mulai menyadari keterbatasannya. 

Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan ilahiah.

Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh takwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan pikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. 

Proses mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis, dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung jawabkannya, makalah lahirlah ilmu pengetahuan.

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang ini kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya. 

Umat manusia lebih dulu memikirkan dengan bertanya berbagai hakikat apa yang mereka lihat. 

Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.

Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. 

Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.

Filsafat alam adalah istilah yang melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu modern, alam adalah objek utama yang dikaji dalam ilmu ini,dan filsafat alam lebih dahulu ada sebelum adanya ilmu alam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Filsafat Pra-Socratic (Filsafat Alam)?
2. Siapa sajakah Tokoh-tokoh Filsafat Alam?
3. Apakah yang dimaksud dengan Kebijakan Socrates Gnoti Seauton dan Maie Technic?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Apa Filsafat Pra-Socratic (Filsafat Alam)
2. Untuk Mengetahui Siapa sajakah Tokoh-tokoh Filsafat Alam
3. Untuk Mengetahui Apakah yang dimaksud dengan Kebijakan Socrates Gnoti Seauton dan Maie Technic

BAB II, Pembahasan
A. Filsafat Pra-Socratic

Filsafat alam adalah istilah yang melekat pada pengkajian alam dan semesta fisika yang pernah dominan sebelum berkembangnya ilmu modern, alam adalah objek utama yang dikaji dalam ilmu ini,dan filsafat alam lebih dahulu ada sebelum adanya ilmu alam.

B. Tokoh-Tokoh Filsafat Alam

1. Thales (625-545 Sm)
Thales disebut-sebut sebagai bapak filsafat Yunani, sebab dialah filosuf yang pertama. 

Namun ajaran filsafatnya tidak pernah ditulisnya sendiri, hanya disampaikan dari mulut-kemulut melalui murid-muridnya. 

Baru kemudian datang Aristoteles untuk menuliskannya. Menurut keteranagan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah semuanya itu air. 

Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya.

Thales tidak mempergunakan kepercayaan umum ketika menanyakan asal segala sesuatuitu, tetapi berdasarkan pengalaman ketika berkelana sampai ke Mesir dan melihat betapatergantungnya rakyat Mesir pada air sungai Nil.

Thales menyimpulkan segala sesuatu itu berasal dari air.

2. Anaximandros (610-547 Sm)
Berbeda dengan thales, menurut anaximandros alam ( arche ) bukan air tetapi apeiron. 

Apeiron adalah zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada persamaanya dengan apapun, dan memiliki sifat keilahian dan abadi. 

Anaximandros berpendapat bahwa proses terjadinya alam dari yang tak terbatas (apeiron) melalui proses antagonis (pertentangan) diantara dua unsur yang berlawanan yaitu panas dan dingin.
 
Adapun proses terjadinya makhluk sama dengan gurunya Thales, anaximandros berpendapat bahwa semua makhluk yang hidup dari air.

3. Anaximenes (585-494 Sm)
Anaximenes adalah seorang murid anaximandros. Ia adalah filosuf alam terakhir dari kota miletos. Pandangan filsafat nya sama dengan pandangan gurunya. 

Menurut anaximenes, prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara.

4. Demokritos
Pada zaman dahulu kala, ajaran demokritos banyak dilupakan orang, baru pada zaman modern pendapatnya dihidupkan kembali karena ternyata pendapatnya berdasar kepada ilmu pengetahuan.

Demokritos adalah murid leukipos, dan sama dengan pendapat gurunya bahwa ala mini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir,dan jumlahnya sangat banyak.

Demokritos sependapat dengan heraklitos, bahwa anasir yang pertama adalah api. Api terdiri dari atom yang sangat halus, licin dan bulat. 

Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup. Atop api adalah jiwa. Jiwa itu tersebar keseluruh badan kita, yang menyebabkan badan kita kita bergerak. 

Waktu menarik nafas, kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernafas.

5. Pythagoras (580-500 SM)
Di kepulauan samos terdapat ahli pikir yang terkenal yaitu Pythagoras.

Hidup di dunia menurut faham Pythagoras adalah persediaan buat akhirat.

Berlagu dengan music adalah sebuah jalan untuk membersihkan ruh. Dalam kehidupan kaum Pythagoras music itu dimulianakan. 

Selain dari ahli mistik Pythagoras juga sebagai ahli pikir, terutama ilmu matamatik. Diantara pengikut pengikut Pythagoras berkembanglah dua aliran, yang pertama disebut akusmatikoi (akusm: apa yang telah didengar, peraturan), mereka mengindahkan penyucian dengan mentaati semua peraturan. 

Yang kedua disebut mathematikoi (mathesis: ilmu pengetahuan), mereka mengutamakan ilmu pengetahuan, khusus nya ilmu pasti.

6. Heraklitos (540-480 SM)
Ia lahir dikota ephesos diasia minor. Ia mengatakn bahwa asal segala sesuatu hanyalah satu anasir yakni api.

Segala kejadian didunia ini serupa dengan apim yang tidak putus nya dengan berganti ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri Menurut nya bahwa segala perubahan itu dikuasai oleh hukum dunia yang satu yaitu logos (pikiran). 

Pada masa purba heraklitos diberi nama julukan si gelap (ho skoteinos).

7. Empedokles
Filusuf ini lahir dikota akragas, kota kecil dipulau Sisilia, sekitar abad ke-5 SM. 

Selain filsuf empedokles juga seorang dokter,penyair, ahli pidato dan politikus,namun keahlian utamanya ialah filsuf sampai ia meninggal dalam usia 60 tahun.

Pemikiran terpentingnya adalah mengenai unsur-unsur alam. Berbeda dengan filsuf sebelumnya yang berpendapat bahwa alam memiliki satu unsure, maka empedokles mengatakan terdiri dari empat anasir yaitu api, udara, tanah dan air.

C. Kebijakan Socrates (Gnoti Seauto dan Meieutica-technic)
1. Gnoti Seauton
Menurut Socrates, manusia, dengan pikiran atau pengetahuannya, seolah melangkah maju dari upaya menyingkap misteri satu menuju misteri-misteri lain yang kian mekar, di dalam hidupnya. 

Manusia, dengan pikiran atau pengetahuannya, seolah bergerak dari satu ketidaktahuan menuju ketidaktahuan baru dalam hidupnya.

Kenyataan itulah yang membuat ilmu pengetahuan makin terus berkembang di dalam tatanan filosofi, agar mampu memburu dan membunuh naga-naga ketidaktahuan dan kejahatan baru (kejahatan profesional) yang bertumbuh berbarengan dengan perkembangan pikiran, pengetahuan, dan keilmuwan manusia.

Gnotie Seauton, dalam hal ini, menunjukkan sebuah kepentingan kemanusiaan yang bersifat fundamental dalam hal memahami dan mengerjakan pikiran, yang merupakan salah satu ciri keberadaan yang khas manusia itu. 

Intinya pada analisis diri dan pemahaman diri untuk mencapai pengetahuan dan tingkah laku yang lebih baik. Manusia, melalui pengetahuannya itu, memperoleh keuatan, tanggung jawab, kesadaran bati, kematangan, pemikiran atau intelektual dan rasa percaya diri untuk membangun dirinya sebagai makhluk beradab yang makin matang (dewasa), tahu diri, dan berendah hati.

Manusia, disamping membutuhkan kerendahan hati, juga membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan keteguhan batin untuk menegur dan mendididk diri.

Ia butuh kedisiplinan, tanggung jawab, dan optimis hidup didalam mengejar pengetahuan atau kearifan dimaksud. Filsafat, hendak menunjukkan manusia bukan hanya bertugas mengisi “ingin tahu-nya dengan pikiran dan keterampilan-keterampilan teknologis (praktis operasional yang sempit atau terbatas). 

Justru sebaliknya, filsafat ingin melampauinya dan menempatkkan perjuangan manusia yang berpengatahuan itu pada ini pergumulan dan tugas memanusiakan manusia sebagai manusia beradab dan berbudaya didalam keutuhan eksistensinya. 

Manusia, secara eksistensial “multidimensi”, dan karenanya, pengembangan pikiran dan pengetahuannya pun, hendaknya merupakan sebuah tugas eksistensial yang utuh dalam keberbagaian dimensinya itu.

2. Maieutica-technic
Pandangan Socrates yang terpenting adalah bahwa pada diri setiap manusia terpendam jawab mengenai berbagai persoalan dalam dunia nyata. 

Karena itu setiap orang sesungguhnya bisa menjawab semua persoalan yang dihadapinya. 

Masalahnya adalah pada orang-orang itu, kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan-persoalan yang dihadapinya.

Karena itu menurut Socrates, perlu ada orang lain yang ikut mendorong mengeluarkan ide-ide atau jawaban yang masih terpendam. 

Dengan perkataan lain perlu semacam bidan untuk membantu kelahiran sang ide dari dalam kalbu manusia. 

Maka pekerjaan Socrates sehari-hari adalah berjalan-jalan di tengah kota, berkeliling di pasar-pasar untuk berbicara dengan semua orang yang dijumpai untuk menggali jawaban-jawaban terpendam mengenai berbagai persoalan. 

Dengan metode tanya jawab yang disebut metode Socrates ini akan timbul pengertian yang disebut “maieutics” (menarik keluar seperti yang dilakukan bidan). 

Pengertian tetang diri sendiri ini menurut Socrates sangat penting buat tiap-tiap manusia Adalah kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu kalau ia ingin mengerti tentang hal-hal lain diluar dirinya. 

Ia mempunyai semboyan “belajar yang sesungguhnya pada manusia adalah belajar tentang manusia”.

BAB III, Penutupan 
A. Kesimpulan
Socrates adalah sorang filsuf Yunani yang hidup pada tahun 469-399 sebelum Masehi. 

Ia memiliki pendapat bahwa membangkitkan dalam diri manusia rasa cinta akan kebenaran dan kebaikan (Philosophia) yang membantu manusia berpikir dan hidup lurus. 

Socrates memiliki dua kebijakan, yaitu Gnotie-Seauton atau kenalilah dirimu dan Maieutica-Technic atau seni kebidanan.

Gnotie-Seauton, dalam hal ini, menunjukkan sebuah kepentingan kemanusiaan yang bersifat fundamental dalam hal memahami dan mengerjakan pikiran, yang merupakan salah satu ciri keberadaan yang khas manusia itu. Intinya pada analisis diri dan pemahaman diri untuk mencapai pengetahuan dan tingkah laku yang lebih baik.

Maieutica-Technic, dalam pemikiran Socrates adalah bahwa pada diri setiap manusia terpendam jawab mengenai berbagai persoalan dalam dunia nyata. Karena itu setiap orang sesungguhnya bisa menjawab semua persoalan yang dihadapinya. 

Masalahnya adalah pada orang-orang itu, kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Karena itu menurut Socrates, perlu ada orang lain yang ikut mendorong mengeluarkan ide-ide atau jawaban yang masih terpendam. dengan perkataan lain perlu semacam “bidan” untuk membantu kelahiran sang ide dari dalam kalbu manusia.