--> Makalah Fenomena Sumber Daya Insani (SDM) Syariah kontemporer | Fragmen Ilmiah

Fragmen Ilmiah: kumpulan bahan makalah serta konten evergreen yang mudah dipahami.

Total Tayangan Halaman

27/12/19

Makalah Fenomena Sumber Daya Insani (SDM) Syariah kontemporer

| 27/12/19

Fenomena Sumber Dayap Insani Syariah Kontemporer: 

Tren dan Tantangan

SDI: Perusahaan modern membutuhkan sumber daya insani (SDI) yang tidak hanya cerdas dan bertanggung jawab, tetapi juga berintegritas tinggi untuk mewujudkan nilai keislaman.


gudangmakalah165.blogspot.com - Di tengah perkembangan zaman yang pesat, dunia bisnis dan ekonomi kini semakin dinamis, kompetitif, dan tanpa batas wilayah. 

Perusahaan modern membutuhkan sumber daya insani (SDI) yang tidak hanya cerdas dan bertanggung jawab, tetapi juga berintegritas tinggi untuk mewujudkan nilai keislaman. 

Bukan lagi sekadar mengejar keuntungan, perusahaan kini dituntut memiliki tanggung jawab sosial dan spiritual. 

SDI menjadi tulang punggung setiap organisasi, membantu mencapai tujuan melalui pengelolaan yang efektif dan efisien. 




Lalu, bagaimana konsep SDI syariah kontemporer hadir dan berkembang di era ini? Mari kita jelajahi!

Apa Itu Sumber Daya Insani (SDI)?

SDI adalah elemen vital dalam setiap perusahaan. Ini mencakup proses rekrutmen, pengembangan, motivasi, dan evaluasi karyawan untuk mendukung tujuan organisasi. 

Mulai dari memilih kandidat yang tepat hingga mempertahankan dan meningkatkan keterampilannya, manajemen SDI memainkan peran besar. 

Fungsi seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian menjadi kunci, ditambah dengan rekrutmen, seleksi, pelatihan, pengembangan, dan kompensasi yang adil. Dalam konteks ini, peran manajer sangat krusial untuk memahami dan mengelola SDI dengan baik.

Pandangan Pakar tentang SDI

Howard Gardner (1983) menyoroti SDI dari sisi kecerdasan manusia. Ia mengidentifikasi tujuh jenis kecerdasan: matematis-logis (penalaran ilmiah), verbal-bahasa (keterampilan kata), interpersonal (komunikasi dengan orang lain), fisik-gerak (pengendalian tubuh), musikal-ritme (kepekaan nada), spasial (imajinasi visual), dan intrapersonal (kesadaran diri). 



Sementara itu, H.A.T. Tilaar (dalam Daulay, 2004) menekankan SDI berkualitas sebagai individu yang mampu bersaing dengan keunggulan partisipatoris, seperti networking, teamwork, dan cinta kualitas. Dalam era globalisasi, SDI harus adaptif terhadap perubahan cepat, ditandai oleh masyarakat tanpa batas, kompetisi tinggi, dan sikap materialistik yang meningkat.

Menurut Alvin Toffler (1989), peradaban manusia telah melewati tiga gelombangan: agraris, industri, dan teknologi-informasi. 

Era informasi saat ini memungkinkan komunikasi cepat lintas negara, meningkatkan efisiensi SDI.

Namun, Didin S. Damanhuri (2007) mencatat tantangan di Indonesia, seperti ketimpangan antara peluang kerja dan angkatan kerja, serta pendidikan tenaga kerja yang masih rendah. 

Missalocation of human resources juga menjadi isu utama, terutama akibat struktur pasar yang terdistorsi pasca-reformasi.

Masalah dan Karakteristik SDI

SDI menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya keterampilan kompetitif di pasar global dan pengelolaan yang kurang optimal. 



Karakteristik SDI yang ideal, terinspirasi dari sifat para nabi (shiddiq, itqan, fathanah, amanah, tabligh), mencakup kejujuran, profesionalisme, kecerdasan, kepercayaan, dan transparansi. 

Dalam manajemen SDI syariah, proses seperti rekrutmen, penempatan, upah, dan pelatihan didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis, dengan contoh penerapan pada masa khalifah.

Prinsip pengembangan SDI meliputi perencanaan, perolehan dan penempatan, pengembangan, serta penilaian kinerja. 

SDI yang dikelola dengan baik mampu meningkatkan produktivitas, inovasi, dan pelayanan prima, terutama di tengah perubahan eksternal yang cepat akibat globalisasi.

Fenomena SDI Syariah Kontemporer

Perkembangan ekonomi syariah membawa fenomena baru pada SDI. Awalnya, praktisi ekonomi syariah didominasi oleh individu berlatar belakang Islami dengan motivasi keimanan. 



Namun, kini muncul praktisi non-muslim dan muslim yang hanya mengejar keuntungan duniawi, mengabaikan nilai syariah. 

Ini menunjukkan penurunan kualitas SDI syariah, terutama akibat masuknya pelaku bisnis yang tidak berbasis ideologi keimanan, melainkan tren pasar atau kebutuhan finansial.

Salah satu penyimpangan mencolok adalah lemahnya pemahaman tauhid. Tauhid, keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan segala tindakan dikembalikan pada-Nya, menjadi fondasi SDI syariah. Praktisi yang bertauhid kuat akan menjalankan bisnis sesuai hukum Allah, menghindari riba, dan memastikan manfaat bagi semua pihak. 

Namun, banyak yang kini mengabaikan prinsip ini, hanya fokus pada keuntungan, bahkan mencampur ekonomi ribawi dengan syariah.

Globalisasi ekonomi syariah juga membawa perubahan, seperti produksi lintas negara untuk efisiensi biaya, akses pembiayaan global, pemanfaatan tenaga kerja dunia, jaringan informasi cepat, dan perdagangan bebas. 

Meski demikian, tantangan seperti missalocation of resources tetap ada, memengaruhi kualitas SDI. SDI syariah kontemporer harus mampu beradaptasi, tetap berpegang pada nilai Islami, dan menghadapi persaingan megakompetitif.

SDI Menurut Perspektif Islam

Dalam Islam, SDI dimulai dari konsep manusia sebagai makhluk terbaik (QS At-Tiin: 4) yang diciptakan untuk mengabdi kepada Allah (QS Adz-Dzariyat: 56). 

Mengabdi mencakup ibadah dan muamalah, hubungan dengan lingkungan. Manusia, sebagai makhluk jasmani dan rohani, unik karena aspek kerohaniannya, yang membedakan dari makhluk lain. Islam membagi manusia menjadi mukmin (beriman), kafir (menutup hati), dan munafik (beriman tapi enggan taat). 

Mukmin, sebagai “khaira ummah” (QS Ali Imran: 110), dituntut menjadi umat terbaik dengan mendorong kebaikan dan mencegah kemunkaran.

Kesimpulan: Menuju SDI Syariah yang Unggul

SDI syariah kontemporer menghadapi tantangan besar akibat globalisasi dan pergeseran nilai.
 
Namun, dengan pengelolaan berbasis Islam—melalui tauhid, karakter nabi, dan prinsip pengembangan yang tepat—SDI dapat menjadi kunci keunggulan perusahaan. 

Bagaimana menurut Anda? Apakah perusahaan Anda sudah menerapkan manajemen SDI syariah? Yuk, bagikan pendapat di kolom komentar!

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar