Terbongkar! Cara Kerja Logika yang Jarang Kamu Sadari:
Silogisme Kategoris dan Hipotetis Dijelaskan Tuntas!
![]() |
"Dalam ilmu logika, silogisme adalah bagian dari inferensi tidak langsung—cara menarik kesimpulan dari dua premis yang terpisah." |
fragmenilmiah.com - Pernahkah kamu menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan dua pernyataan yang kamu dengar?
Misalnya: “Semua mahasiswa itu kritis” dan “Kabayan adalah mahasiswa”, lalu kamu langsung menyimpulkan “Kabayan adalah orang yang kritis”.
Selamat! Kamu baru saja menggunakan prinsip dasar dari silogisme, salah satu bentuk penalaran logis yang sudah dipakai sejak zaman Aristoteles.
Dalam ilmu logika, silogisme adalah bagian dari inferensi tidak langsung—cara menarik kesimpulan dari dua premis yang terpisah.
Kali ini, kita akan membahas dua jenis utama silogisme: silogisme kategoris dan silogisme hipotetis.
Keduanya adalah fondasi penting dalam berpikir rasional dan argumentatif.
Apa Itu Silogisme?
Silogisme merupakan bentuk inferensi yang terdiri atas dua premis dan satu kesimpulan.
Dalam struktur formalnya, silogisme terdiri atas tiga proposisi yang saling berkaitan dan bisa disusun sebagai:
1. Premis Mayor
2. Premis Minor
3. Kesimpulan
Contoh klasik:
Semua manusia adalah makhluk rasional.
Semua filsuf adalah manusia.
Jadi, semua filsuf adalah makhluk rasional.
Setiap silogisme terdiri dari tiga istilah utama:
Term Mayor (P): Predikat dalam kesimpulan
Term Minor (S): Subjek dalam kesimpulan
Term Tengah (M): Istilah yang hanya muncul di kedua premis, berfungsi sebagai penghubung
Dalam contoh tadi, “makhluk rasional” adalah term mayor, “filsuf” adalah term minor, dan “manusia” adalah term tengah.
Silogisme Kategoris: Logika yang Tersusun Rapi
Silogisme kategoris adalah jenis silogisme yang semua proposisinya merupakan proposisi kategoris—pernyataan langsung tanpa syarat. Proposisi ini biasanya berbentuk A, E, I, atau O (universal afirmatif, universal negatif, partikular afirmatif, dan partikular negatif).
Contoh:
Semua binatang buas adalah pemakan daging.
Semua kucing adalah binatang buas.
Jadi, semua kucing adalah pemakan daging.
Penjelasan:
Premis Mayor: Semua binatang buas adalah pemakan daging. (term mayor = pemakan daging)
Premis Minor: Semua kucing adalah binatang buas. (term minor = kucing)
Kesimpulan: Semua kucing adalah pemakan daging.
Beberapa hukum penting dalam silogisme kategoris:
1. Jika salah satu premis partikular, maka kesimpulannya juga harus partikular.
2. Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif.
3. Dua premis partikular tidak bisa menghasilkan kesimpulan yang sah.
4. Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
5. Term tengah harus mencakup minimal sekali.
6. Term predikat kesimpulan harus konsisten dengan premisnya.
7. Term tengah harus digunakan dalam makna yang sama.
8. Hanya boleh ada tiga istilah dalam silogisme: subjek, predikat, dan term tengah.
Silogisme Hipotetis: Jika... Maka...
Berbeda dengan silogisme kategoris, silogisme hipotetis menggunakan proposisi kondisional atau bersyarat. Premis mayor biasanya berupa kalimat “jika..., maka...”, sementara premis minor menyatakan penerimaan atau penolakan dari salah satu bagian (anteseden atau konsekuen).
Ada empat tipe silogisme hipotetis:
1. Mengakui anteseden
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Maka, saya naik becak.
BACA JUGA: 7 Tokoh Filsafat Alam atau Pra-Socratic, Serta Penjelasan Gnoti Seauton dan Maieutica-technic
2. Mengakui konsekuen
Jika hujan, bumi basah.
Bumi basah.
Maka, hujan turun. (Tidak sah, karena basah bisa disebabkan hal lain.)
3. Mengingkari anteseden
Jika politik dilakukan secara paksa, maka kegelisahan muncul.
Politik tidak dilakukan secara paksa.
Maka, kegelisahan tidak muncul.
4. Mengingkari konsekuen
Jika mahasiswa turun ke jalan, penguasa gelisah.
Penguasa tidak gelisah.
Maka, mahasiswa tidak turun ke jalan.
Hukum-hukum penting dalam silogisme hipotetis:
Jika antecedent terjadi, maka konsekuen juga terjadi → Sah
Jika antecedent tidak terjadi, belum tentu konsekuen tidak terjadi → Tidak sah
Jika konsekuen terjadi, belum tentu antecedent terjadi → Tidak sah
Jika konsekuen tidak terjadi, maka antecedent tidak terjadi → Sah
Contoh praktis:
Jika terjadi peperangan, harga bahan makanan naik.
Peperangan terjadi.
Maka, harga bahan makanan naik. (Sah)
Namun, jika:
Harga bahan naik, maka terjadi peperangan. → Tidak sah, karena kenaikan harga bisa disebabkan hal lain.
Penerapan Silogisme dalam Kehidupan Nyata
Meski terdengar teoritis, silogisme sebenarnya sering kita gunakan tanpa sadar dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika membuat keputusan, menyusun argumen, atau menganalisis informasi, struktur berpikir logis ini sangat membantu.
Dalam dunia akademik, hukum, bahkan politik, kemampuan memahami dan menerapkan silogisme sangat penting untuk menghindari kesalahan berpikir (fallacy), memperkuat argumen, dan menilai validitas kesimpulan.
Silogisme adalah bentuk penalaran penting yang membantu kita berpikir sistematis dan logis.
Dalam silogisme kategoris, semua proposisi bersifat langsung dan tidak bersyarat.
Sedangkan dalam silogisme hipotetis, premis utama menggunakan logika “jika..., maka...”.
Kedua jenis ini memiliki aturan tersendiri dalam menentukan apakah kesimpulan yang ditarik itu sah atau tidak.
Kemampuan memahami dan menerapkannya akan sangat berguna, baik dalam dunia akademik, debat publik, maupun pengambilan keputusan sehari-hari.
Penutup: Saatnya Meningkatkan Kemampuan Logika!
Memahami silogisme bukan hanya berguna untuk lulus ujian logika atau menulis makalah, tapi juga menjadi bekal penting dalam menghadapi derasnya informasi dan argumen di era digital.
Cobalah latih kemampuan ini dalam percakapan sehari-hari, diskusi kelompok, atau saat membaca berita. Kamu akan menyadari betapa pentingnya berpikir logis dalam kehidupan nyata.
0 Komentar