--> Adab dan Tata Cara Menyambut Hari Raya Idul Adha: Panduan Spiritual dan Praktis | Fragmen Ilmiah

Nyaris Informasi, Hampir Fakta

Total Tayangan Halaman

04/06/25

Adab dan Tata Cara Menyambut Hari Raya Idul Adha: Panduan Spiritual dan Praktis

| 04/06/25

Adab dan Tata Cara Menyambut Hari Raya Idul Adha: 

Panduan Spiritual dan Praktis

"Ilustrasi digital suasana Hari Raya Idul Adha, menampilkan umat Islam menuju shalat Ied di tanah lapang dengan latar belakang fajar cerah."


fragmenilmiah.com - Hari Raya Idul Adha, yang diperingati pada 10 Dzulhijjah, adalah momen penuh makna spiritual yang mengenang ketaatan Nabi Ibrahim AS dalam melaksanakan perintah Allah untuk berkurban. 

Selain menjadi puncak ibadah haji, Idul Adha juga merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk memperkuat keimanan melalui adab-adab mulia dan amalan sunnah. 

Artikel ini menguraikan adab-adab menyambut Idul Adha secara semi-ilmiah, merujuk pada hadis dan ajaran syariat, serta memberikan panduan praktis untuk menjalani hari raya dengan penuh keberkahan.

Mandi dan Berpakaian Terbaik di Hari Idul Adha
Salah satu adab utama menyambut Idul Adha adalah mandi sebelum berangkat ke tempat shalat Ied. 

Mandi ini mencerminkan kesucian fisik dan batin, sebagaimana dianjurkan dalam tradisi Rasulullah SAW. 



Selain itu, umat Islam disunnahkan memakai pakaian terbaik dan minyak wangi bagi laki-laki untuk menunjukkan syukur dan kebahagiaan. 

Namun, wanita dilarang menggunakan wewangian di tempat umum, kecuali untuk suami mereka, guna menjaga kesopanan. 

Dalam perspektif sosiologis, adab ini memperkuat identitas keagamaan dan semangat kebersamaan di hari Idul Adha.

Memperbanyak Takbir: Syiar Idul Adha

Memperbanyak takbir adalah adab penting di Idul Adha, yang terbagi menjadi dua bentuk: muthlaq (umum) dan muqayyad (terikat waktu). 

Takbir muthlaq dilakukan kapan saja mulai 1 Dzulhijjah hingga akhir Hari Tasyrik (13 Dzulhijjah), kecuali di tempat terlarang seperti kamar mandi. 



Takbir muqayyad dilakukan setelah shalat lima waktu, mulai ba’da Subuh Hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga ba’da Ashar akhir Hari Tasyrik. 

Laki-laki disunnahkan mengeraskan takbir, sementara wanita memelankannya. Takbir di perjalanan menuju shalat Ied juga dianjurkan, mencerminkan syiar Idul Adha yang mengagungkan Allah.

Tidak Makan Sebelum Shalat Idul Adha

Berbeda dengan Idul Fitri, pada Idul Adha, orang yang berkurban disunnahkan untuk tidak makan sebelum kembali dari shalat Ied. 

Hal ini bertujuan agar daging kurban menjadi makanan pertama, melambangkan keikhlasan dalam berkurban. 

Namun, bagi yang tidak berkurban, tidak ada larangan untuk makan sebelum shalat, sebagaimana disebutkan dalam Al-Mughni (2:228). 



Dalam konteks psikologis, menahan makan hingga selesai shalat dapat melatih kesabaran dan fokus spiritual, yang selaras dengan semangat Idul Adha sebagai hari pengorbanan.

Salat Ied di Tanah Lapang

Salat Ied pada Idul Adha lebih utama dilaksanakan di tanah lapang daripada di masjid, mengikuti sunnah Rasulullah SAW yang hanya melaksanakan shalat Ied di masjid saat hujan. 

Tradisi ini mencerminkan syiar Islam dan kebersamaan umat. Jika tidak ada tanah lapang, shalat di masjid diperbolehkan. 

Wanita dan anak-anak juga dianjurkan hadir tanpa tabarruj (menampakkan kecantikan) atau wewangian, menunjukkan inklusivitas Idul Adha dalam memperkuat solidaritas komunitas.

Adab Perjalanan dan Khutbah Idul Adha

Umat Islam disunnahkan berjalan kaki menuju tempat shalat Idul Adha kecuali ada kebutuhan khusus, serta mengambil jalan berbeda saat berangkat dan pulang untuk menampakkan syiar Islam. 



Setelah shalat, mendengarkan khutbah Ied adalah sunnah, memberikan pelajaran spiritual dan sosial. 

Tidak ada shalat sunnah sebelum atau sesudah shalat Ied, kecuali tahiyyatul masjid jika shalat dilakukan di masjid. 

Bagi yang tertinggal shalat Ied berjamaah, disunnahkan menggantinya dengan dua rakaat, menjaga nilai ibadah Idul Adha.

Ucapan Selamat dan Silaturahmi di Idul Adha

Mengucapkan selamat hari raya dengan kalimat “Taqabbalallahu minna wa minka” (Semoga Allah menerima amal kita dan amalmu) adalah adab yang dianjurkan pada Idul Adha. 

Ucapan ini dijawab dengan kalimat serupa, mencerminkan doa saling mendoakan kebaikan. Silaturahmi dan bersenang-senang dengan cara halal, seperti pesta atau permainan yang sesuai syariat, juga diperbolehkan. 

Anak perempuan yang belum baligh boleh menyanyi dengan rebana, satu-satunya alat musik yang dibolehkan, untuk menambah kegembiraan Idul Adha.

Menjaga Batas Syariat di Hari Idul Adha

Penting untuk menjaga adab dengan menghindari ikhtilat (bercampur baur) atau berjabat tangan dengan non-mahram, sebagaimana hadis riwayat Ar-Ruyany (no. 1282) dan dishahihkan Al-Albani: “Andaikata kepala seseorang ditusuk jarum besi, itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” 

Adab ini menegaskan pentingnya menjaga kesucian interaksi sosial di hari Idul Adha, memastikan perayaan tetap sesuai syariat dan penuh keberkahan.

Makna Lebih Dalam Idul Adha

Dari perspektif semi-ilmiah, adab-adab Idul Adha tidak hanya ritual, tetapi juga memiliki dampak psikologis dan sosiologis. 

Takbir dan silaturahmi memperkuat rasa kebersamaan dan identitas keagamaan, sementara menahan makan atau menjaga batas interaksi melatih pengendalian diri. 

Penelitian psikologi positif menunjukkan bahwa praktik seperti dzikir dan silaturahmi dapat meningkatkan kesejahteraan emosional, selaras dengan tujuan spiritual Idul Adha untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mempererat ukhuwah.

Panduan Praktis Menyambut Idul Adha

Untuk menyambut Idul Adha dengan penuh keberkahan, lakukan langkah-langkah berikut:

Mandi dan Berpakaian Terbaik: Mandi sebelum shalat Ied dan pakai pakaian terbaik tanpa melanggar syariat.

Perbanyak Takbir: Ucapkan takbir muthlaq dan muqayyad sesuai waktu yang ditentukan.

Puasa Sebelum Kurban: Jika berkurban, tunda makan hingga setelah shalat Ied.

Salat dan Khutbah: Hadiri shalat Ied di tanah lapang, dengarkan khutbah, dan ambil jalan berbeda saat pulang.
Silaturahmi dan Ucapan Selamat: Ucapkan “Taqabbalallahu minna wa minka” dan pererat silaturahmi dengan cara halal.
Jaga Batas Syariat: Hindari ikhtilat dan perbuatan yang tidak sesuai syariat.

Hari Raya Idul Adha adalah momen untuk mengenang ketaatan Nabi Ibrahim AS dan memperkuat keimanan melalui adab-adab mulia. 

Dengan menjalankan takbir, shalat Ied, kurban, dan silaturahmi sesuai syariat, umat Islam dapat meraih keberkahan spiritual dan sosial. 

Referensi:
Hadis riwayat Ar-Ruyany no. 1282, Ath-Thabrani 20/no. 486-487, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 4544.
Al-Mughni 2:228.
Al-Qur’an dan sunnah terkait adab Idul Adha.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar