Mengapa Hadis Jadi Kunci Memahami Hukum Islam?
fragmenilmiah.com - Bayangkan kamu sedang membaca Al-Qur’an, petunjuk hidup umat Islam, tapi merasa bingung: bagaimana cara melaksanakan shalat dengan benar? Atau, apa hukum waris yang adil untuk keluargamu?
Di sinilah hadis masuk sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Hadis, sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an, bukan sekadar cerita tentang Nabi Muhammad SAW, tapi juga panduan praktis yang membuat ajaran Islam hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Tapi, apa sebenarnya hadis itu? Mengapa begitu penting? Dan apa bukti bahwa kita harus mengikutinya? Yuk, kita jelajahi bersama!
Apa Itu Hadis?
Secara bahasa, hadis punya tiga makna: jadid (baru), qarib (dekat), dan khabar (berita). Namun, dalam dunia keilmuan Islam, hadis memiliki arti yang lebih mendalam.
Menurut para ahli hadis, hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan (taqrir), maupun sifat dan kebiasaannya.
Misalnya, ketika Nabi bersabda, “Shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat” (HR. Muslim), itu adalah hadis yang jadi panduan tata cara shalat.
Menariknya, beberapa ulama seperti Al-Tirmidzi memperluas definisi hadis. Mereka menganggap hadis tidak hanya mencakup apa yang berasal dari Nabi, tapi juga ucapan atau tindakan para sahabat (mauquf) dan tabi’in (maqtu’).
Meski begitu, hadis yang paling otoritatif tetap yang marfu’, yaitu yang langsung disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Jadi, hadis itu seperti peta jalan yang membantu kita memahami Al-Qur’an. Tanpa hadis, banyak perintah dalam Al-Qur’an akan terasa samar.
BACA JUGA: 7 Tokoh Filsafat Alam atau Pra-Socratic, Serta Penjelasan Gnoti Seauton dan Maieutica-technic
Tapi, bagaimana hadis berperan sebagai sumber hukum Islam?
Hadis: Penutup Celah Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi petunjuk utama umat Islam. Namun, banyak ayatnya bersifat umum (mujmal), seperti perintah “dirikan shalat” atau “tunaikan zakat.”
Bagaimana caranya? Di sinilah hadis berperan sebagai penjelas, penguat, bahkan pembuat hukum baru.
Para ulama, baik yang mengutamakan pendekatan tekstual (naql) maupun rasional (aql), sepakat bahwa hadis adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Seperti kata Muhammad Ajjaj Al-Khatib, “Umat Islam tidak mungkin memahami syariat tanpa kembali pada Al-Qur’an dan hadis.”
Ada beberapa fungsi utama hadis sebagai sumber hukum Islam:
1. Bayan Taqrir: Menguatkan Al-Qur’an
Hadis bisa menguatkan perintah dalam Al-Qur’an.
Contohnya, Al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk shalat dan zakat, tapi hadis dari Ibnu Umar menegaskan:
“Islam dibangun atas lima perkara: menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)Hadis ini memperkuat dan menegaskan kewajiban yang sudah ada di Al-Qur’an.
2. Bayan Tafsir: Menjelaskan yang Samar
Hadis sering menjelaskan ayat Al-Qur’an yang bersifat umum. Ini dibagi menjadi tiga jenis:
Tafshil al-Mujmal: Memberi rincian pada ayat yang global. Misalnya, Al-Qur’an memerintahkan shalat, tapi hadis Nabi, “Shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat” (HR. Muslim), menjelaskan tata cara shalat secara terperinci.
Takhshish al-‘Amm: Mengkhususkan ayat yang umum. Dalam Surah An-Nisa ayat 14, Allah menetapkan bagian waris anak laki-laki dua kali lipat dari anak perempuan, dan hadis memperjelas penerapannya.
BACA JUGA: Minuman Anggur Tanpa Alkohol, Begini Proses Fermentasi Anggur Tanpa Alkohol Beserta Jenis-jenisnya
Taqyid al-Muthlaq: Membatasi ayat yang mutlak. Misalnya, Al-Qur’an (QS. Al-Maidah: 38) memerintahkan memotong tangan pencuri, tapi hadis menjelaskan bahwa pemotongan dilakukan dari pergelangan tangan (HR. Muslim).
3. Bayan Naskh: Menghapus Hukum
Hadis juga bisa menghapus hukum dalam Al-Qur’an (naskh).
Contohnya, Surah Al-Baqarah ayat 180 mewajibkan wasiat untuk orang tua dan kerabat, tapi hadis Nabi, “Tidak ada wasiat wajib bagi ahli waris” (HR. An-Nasa’i), menghapus kewajiban ini. Namun, ulama seperti Imam Hanafi membatasi fungsi naskh hanya pada hadis mutawatir (pasti) dan mashhur (terkenal), bukan hadis ahad (tunggal).
4. Bayan Tasyri’i: Membuat Hukum Baru
Hadis bisa menetapkan hukum yang tidak disebutkan di Al-Qur’an.
Misalnya, larangan jual beli yang tidak sesuai syariat, seperti riba, dijelaskan oleh hadis berdasarkan Surah An-Nisa ayat 29. Ini menunjukkan bahwa hadis memiliki otoritas untuk mengatur hal-hal yang tersirat dalam Al-Qur’an.
Bukti Keabsahan Hadis sebagai Sumber Hukum
Mengapa kita harus mempercayai hadis? Bukti keabsahannya datang dari beberapa sumber:
1. Dalil Iman
Iman kepada Nabi Muhammad SAW berarti menerima segala ajarannya. Sebagai manusia ma’sum (terjaga dari dosa) dan al-amin (terpercaya), apa yang disampaikan Nabi pasti benar.
Al-Qur’an sendiri memerintahkan umat untuk taat kepada Rasul, seperti dalam Surah Al-A’raf ayat 158:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya... dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”
2. Dalil Al-Qur’an
Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan ketaatan kepada Rasul, seperti Surah Ali Imran ayat 32:
“Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”Ayat lain, seperti Surah Al-Hasyr ayat 7, menegaskan:“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, terimalah; dan apa yang dilarangnya, tinggalkanlah.”
3. Dalil Hadis
Nabi sendiri menegaskan pentingnya sunnahnya:
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh pada keduanya: Kitab Allah dan Sunnahku.”Hadis ini menunjukkan bahwa sunnah adalah panduan yang tak terpisahkan dari Al-Qur’an.
4. Ijma’ Ulama
Para ulama sepakat bahwa hadis yang sahih adalah sumber hukum setelah Al-Qur’an. Kehujahan hadis terutama berlaku sebagai penjelas Al-Qur’an, dengan syarat hadis tersebut memenuhi kriteria keabsahan (sahih).
Mengapa Hadis Penting untuk Kita?
Bagi pelajar dan mahasiswa, memahami hadis adalah cara untuk mendalami syariat Islam secara praktis.
Bagi dosen dan peneliti, hadis menawarkan wawasan mendalam tentang konteks sejarah dan aplikasi hukum Islam.
Bagi masyarakat umum, hadis adalah jembatan yang membuat Al-Qur’an relevan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa hadis, perintah seperti shalat, zakat, atau waris akan sulit dipahami dan diterapkan.
Jadi, hadis bukan sekadar cerita masa lalu. Ia adalah lentera yang menerangi jalan kita dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam.
Mulai dari tata cara ibadah hingga aturan waris, hadis memberikan panduan yang jelas dan praktis. Yuk, dalami hadis, dan temukan bagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW tetap relevan untuk hidup kita hari ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar