--> Fragmen Ilmiah : Hasil penelusuran untuk Bahasa | Deskripsi Singkat Blog di Sini

Nyaris Informasi, Hampir Fakta

Total Tayangan Halaman

Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri Bahasa. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri Bahasa. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

03/06/25

Menulis dan Menyunting Naskah Ilmiah: Panduan Praktis untuk Pemula

Menulis dan Menyunting Naskah Ilmiah: Panduan Praktis untuk Pemula

Menulis dan Menyunting Naskah Ilmiah

Panduan Praktis untuk Pemula

"Ilustrasi digital seorang mahasiswa muda duduk di meja kerja rapi, sedang menulis dan menyunting naskah ilmiah di laptop. Di sekitarnya terdapat buku catatan, pena, dan dokumen dengan grafik sederhana."


fragmenilmiah.com - Menulis naskah ilmiah bukan sekadar menuangkan ide ke dalam kata-kata. 

Ini adalah seni yang membutuhkan ketelitian, struktur yang jelas, dan kepatuhan pada aturan tertentu agar tulisan tidak hanya informatif, tetapi juga menarik dan mudah dipahami. 

Bagi mahasiswa, peneliti, atau siapa pun yang ingin menghasilkan karya ilmiah berkualitas, memahami konvensi naskah dan penyuntingan adalah kunci. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu konvensi naskah, syarat formal penulisan, serta pentingnya penyuntingan untuk menciptakan karya yang memikat.

Yuk, simak panduan praktis ini!

Mengapa Bahasa Indonesia Penting dalam Naskah Ilmiah?



Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berperan sebagai jembatan komunikasi antarpenutur berbagai bahasa daerah di Indonesia. 

Bayangkan dua orang dari provinsi berbeda yang tidak memahami bahasa daerah masing-masing—Bahasa Indonesia menjadi solusi untuk berkomunikasi dengan jelas. 

Dalam konteks tulisan ilmiah, Bahasa Indonesia harus digunakan secara baku, dengan pilihan kata yang tepat dan struktur kalimat yang logis. 

Tulisan yang baik tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga memikat pembaca dengan kejelasan dan estetika.

Apa Itu Konvensi Naskah?

Konvensi naskah adalah aturan atau kebiasaan yang disepakati dalam penulisan karya ilmiah. Ini mencakup struktur, format, dan gaya penulisan yang membuat naskah terlihat sistematis dan profesional. 

Dengan mengikuti konvensi naskah, penulis dapat menghasilkan karya yang rapi, mudah dipahami, dan menarik bagi pembaca.

Langkah awal menulis naskah ilmiah adalah membuat kerangka karangan. 

Kerangka ini membantu mengatur ide-ide pokok ke dalam bab dan subbab, sehingga penulisan menjadi lebih terarah. Selain itu, perhatikan:



Diksi: Pilih kata yang tepat agar pesan jelas dan tidak ambigu.
Struktur Kalimat: Gunakan kalimat yang ringkas, logis, dan mudah dipahami.
Estetika: Tata letak dan format yang rapi membuat naskah lebih menarik.

Konvensi naskah juga membedakan tulisan menjadi tiga jenis berdasarkan kepatuhan pada aturan formal:

Formal: Memenuhi semua syarat, seperti skripsi atau disertasi.
Semi-formal: Tidak memenuhi semua syarat, seperti artikel populer.
Non-formal: Tidak mengikuti aturan formal, seperti esai pribadi.

Syarat Formal Penulisan Naskah Ilmiah
Agar naskah ilmiah terlihat profesional, ada beberapa syarat formal yang harus dipenuhi, terdiri dari tiga bagian utama: pendahuluan, isi, dan penutup.

1. Bagian Pelengkap Pendahuluan
Bagian ini berfungsi untuk memberikan informasi awal dan membuat naskah tampak menarik. Komponennya meliputi:

Judul: Harus mencerminkan isi, menarik, dan ditulis dengan huruf kapital di tengah halaman. 



Contoh: UPAYA MENGATASI KEMISKINAN DI KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR untuk skripsi atau makalah, sertakan nama penulis, NIM, program studi, fakultas, universitas, kota, dan tahun.

Halaman Persembahan (opsional): Berisi dedikasi singkat, misalnya untuk keluarga atau tokoh inspiratif.

Halaman Pengesahan (opsional): Bukti bahwa naskah telah disetujui, biasanya untuk skripsi atau tesis, ditandatangani oleh pembimbing dan penguji.

Kata Pengantar: Berisi ucapan syukur, motivasi penulisan, ucapan terima kasih, dan harapan penulis. Hindari membahas isi naskah atau menggunakan bahasa emosional.

Daftar Isi: Memuat struktur naskah dengan nomor halaman untuk bab, subbab, dan lampiran.
Daftar Gambar/Tabel (jika ada): Mencantumkan judul dan nomor halaman gambar atau tabel.

Tips untuk halaman judul:

Gunakan format simetris dan huruf kapital.
Hindari hiasan tidak relevan, slogan, atau kata seperti “disusun oleh.”



Pastikan logo universitas (jika diperlukan) sesuai ketentuan.

2. Bagian Isi Karangan
Bagian ini adalah inti naskah, yang terdiri dari:

Pendahuluan: Menarik perhatian pembaca dan menjelaskan latar belakang, masalah, tujuan, ruang lingkup, landasan teori, sumber data, dan metode penulisan.

Contoh: Latar belakang harus menjelaskan alasan masalah penting, menggunakan penalaran logis (deduktif atau induktif) dan referensi terbaru dari jurnal atau buku ilmiah.

Tubuh Karangan: Menguraikan masalah secara tuntas dengan data primer dan sekunder. 

Pastikan:
Ketuntasan: Semua variabel dibahas dengan logika, fakta, dan contoh.

Kejelasan: Gunakan konsep yang terorganisasi, kalimat lugas, dan paragraf yang koheren dengan transisi yang jelas.

Fakta: Dukung dengan tabel, grafik, atau gambar, tetapi pastikan kebenaran fakta.Hindari subjektivitas (misalnya, “saya rasa”), kesalahan logika, atau uraian yang tidak sesuai judul.

Ringkasan argumen utama atau tujuan penulisan. Harus tegas, jelas, dan mencerminkan isi naskah. 

Contoh: “Berdasarkan analisis, pembangunan pemukiman kumuh memerlukan intervensi pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup.”

3. Bagian Pelengkap Penutup
Bagian ini melengkapi naskah dengan:

Daftar Pustaka: Berisi referensi yang digunakan, disusun alfabetis berdasarkan nama belakang penulis. Contoh:Tarigan, Henry. 1990. 

Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Lampiran: Berisi informasi tambahan, seperti esai, daftar nama, atau analisis, untuk mendukung pembahasan tanpa mengganggu alur utama.

Indeks: Daftar istilah penting dengan nomor halaman untuk memudahkan pencarian.

Riwayat Hidup Penulis: Mencakup nama, tempat/tanggal lahir, pendidikan, pengalaman, dan karya sebelumnya, terutama untuk skripsi atau tesis.

Apa Itu Penyuntingan Naskah?

Penyuntingan adalah proses mempersiapkan naskah agar siap terbit dengan memperbaiki sistematika, isi, dan bahasa. Menurut KBBI (2001), penyuntingan meliputi:

Mengedit ejaan, diksi, dan struktur kalimat.
Menyesuaikan gaya penulisan dengan standar penerbit.
Menyusun ulang jika diperlukan, seperti memotong bagian yang tidak relevan.

Penyunting bukan penerbit, sehingga fokusnya adalah pada kualitas isi, bukan aspek keuangan atau distribusi. 

Menurut Pamusuk Eneste dalam Buku Pintar Penyuntingan Naskah, penyunting harus memiliki pengetahuan luas, penguasaan bahasa yang baik, dan pemahaman tentang proses penerbitan.
Proses Penyuntingan
Penyuntingan terdiri dari tiga tahap:

Pra-Penyuntingan: Cek kelengkapan naskah (bab, tabel, daftar isi, catatan kaki) dan baca secara keseluruhan untuk memahami isi.

Penyuntingan: Perbaiki ejaan, tata bahasa, kebenaran fakta, konsistensi istilah, dan gaya penulisan sesuai standar penerbit.

Pasca-Penyuntingan: Periksa ulang kelengkapan, nomor halaman, dan kesesuaian daftar isi dengan naskah sebelum diserahkan ke penulis atau penerbit.

Syarat Menjadi Penyunting

Pengetahuan Mendalam: Paham bidang yang disunting, seperti sains atau hukum.

Waktu dan Disiplin: Mampu mengevaluasi naskah dalam waktu yang ditentukan.

Tanggung Jawab: Memberikan laporan penilaian yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tujuan Penyuntingan
Penyuntingan bertujuan untuk:

Menghasilkan naskah yang jelas, tepat, dan mudah dipahami pembaca.

Memastikan isi tidak melanggar hukum, agama, atau norma masyarakat.

Menyampaikan ide penulis dengan bahasa yang gramatikal dan menarik.

Mencerminkan identitas penerbit melalui gaya penulisan yang konsisten.

Meningkatkan estetika dan nilai karya untuk menarik minat pembaca.

Ada dua jenis penyuntingan:

Substantif: Fokus pada isi, seperti kejelasan ide, struktur bab, dan kepatuhan pada hukum atau moral. 

Penyunting dapat menyarankan penulis untuk menulis ulang atau menghapus bagian yang tidak relevan.

Kopi: Fokus pada detail teknis, seperti ejaan, tata bahasa, konsistensi istilah, dan format. 

Penyunting memeriksa kata per kata, memastikan fakta akurat, dan menyesuaikan gaya dengan standar penerbit.

Hal yang Diperhatikan dalam Penyuntingan Kopi

Fakta: Pastikan semua data benar, misalnya, hindari kesalahan seperti “papan lapis” menjadi “papan lapik.”

Diksi: Pilih kata yang tepat, sesuai dengan laras bahasa (misalnya, bahasa sains atau hukum).

Tata Bahasa: Perbaiki kesalahan seperti imbuhan, kata ganti, atau struktur kalimat.

Ejaan dan Istilah: Pastikan ejaan baku dan istilah konsisten.
Gaya: Sesuaikan tanda baca, singkatan, atau penomoran dengan gaya penerbit.

Mengapa Penyuntingan Penting?
Penyuntingan adalah jembatan antara penulis dan pembaca. 

Tanpa penyuntingan, naskah berisiko membingungkan, tidak konsisten, atau bahkan menyesatkan. 

Penyunting memastikan ide penulis tersampaikan dengan jelas, fakta terverifikasi, dan naskah memenuhi standar profesional. 

Dengan penyuntingan yang baik, naskah tidak hanya informatif, tetapi juga memiliki daya tarik visual dan intelektual.

Menulis dan menyunting naskah ilmiah adalah proses yang membutuhkan perhatian pada detail, mulai dari konvensi naskah hingga penyuntingan substansif dan kopi. 

Dengan mengikuti syarat formal, seperti struktur pendahuluan, isi, dan penutup, serta memperhatikan bahasa yang baku dan estetika, penulis dapat menghasilkan karya yang profesional. 

Sementara itu, penyunting berperan memastikan naskah siap terbit dengan kualitas tinggi. 

Jadi, jika kamu ingin membuat naskah ilmiah yang memukau, mulailah dengan kerangka yang jelas, patuhi aturan konvensi, dan jangan lupa libatkan penyunting untuk menyempurnakan karyamu!
Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan: Kunci Sukses di Era Persaingan

Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan: Kunci Sukses di Era Persaingan

Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan

Kunci Sukses di Era Persaingan

"Ilustrasi semi-realistis wirausaha muda memegang tablet dengan grafik bisnis. Papan strategi menampilkan 'Inovasi', 'Digital Marketing', 'Networking'.


fragmenilmiah.com - Di dunia bisnis yang penuh persaingan, menjadi wirausaha sukses bukan hanya soal kerja keras, tetapi juga strategi cerdas. 

Bagaimana sebuah usaha kecil bisa bertahan di tengah gempuran kompetitor besar? Jawabannya terletak pada strategi bersaing yang tepat. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas konsep kompetensi inti dan strategi bersaing yang dapat membantu wirausaha meraih keunggulan kompetitif. 

Dengan bahasa yang sederhana dan menarik, mari kita jelajahi cara membangun bisnis yang tidak hanya bertahan, tetapi juga unggul di pasar!



Kompetensi Inti: Fondasi Kesuksesan Bisnis
Apa itu kompetensi inti? Sederhananya, ini adalah keunggulan khusus yang membuat bisnis Anda berbeda dari yang lain. 

Menurut Gery Hamel dan C.K. Prahalad dalam buku Competing for the Future (1994), kompetensi inti adalah kombinasi keterampilan, teknologi, dan kemampuan yang memungkinkan perusahaan memberikan nilai luar biasa kepada pelanggan. 

Bayangkan seperti “resep rahasia” yang membuat bisnis Anda istimewa!

Mengapa Kompetensi Inti Penting?

Keunikan: Kompetensi inti membuat produk atau jasa Anda sulit ditiru. Misalnya, merek seperti Apple dikenal karena desain inovatif dan pengalaman pengguna yang luar biasa.



Keunggulan Kompetitif: Dengan kompetensi inti, Anda bisa menawarkan sesuatu yang lebih baik atau lebih murah dibandingkan pesaing.

Fleksibilitas: Kompetensi inti yang kuat memungkinkan bisnis beradaptasi dengan perubahan pasar, bahkan saat krisis ekonomi melanda.

Menurut teori strategi dinamis Michael Porter (1991), ada tiga syarat agar bisnis sukses:

Kebijakan yang Kuat: Tujuan perusahaan dan strategi manajemen (seperti produksi dan pemasaran) harus selaras untuk menciptakan posisi terkuat di pasar.

Adaptasi Dinamis: Strategi harus terus diperbarui sesuai peluang dan ancaman eksternal, seperti perubahan tren atau teknologi baru.

Kompetensi Khusus: Fokus pada keunggulan seperti reputasi merek atau biaya produksi rendah untuk mendorong keberhasilan jangka panjang.

Untuk usaha kecil, teori strategi berbasis sumber daya (Mahoney & Pandian, 1992) sangat relevan. Strategi ini menekankan pengembangan kapabilitas internal yang unggul, seperti:



Organisasi dan manajemen yang efisien.
Sumber daya manusia yang kreatif dan terampil.
Budaya perusahaan yang mendukung inovasi.

Proses kerja yang cepat beradaptasi dengan kebutuhan pasar.

Dengan kata lain, bisnis kecil harus memanfaatkan apa yang dimilikinya—entah itu ide kreatif, tim yang solid, atau cara kerja yang efisien—untuk bersaing dengan pemain besar.

Cara Mengembangkan Kompetensi Inti

Identifikasi Kapabilitas: Apa yang bisa dilakukan tim Anda dengan baik? Misalnya, keahlian dalam membuat produk ramah lingkungan atau pelayanan pelanggan yang luar biasa.

Jaga Keunikan: Pastikan kapabilitas Anda sulit ditiru. Contohnya, kembangkan proses produksi yang unik atau ciptakan budaya perusahaan yang khas.

Perbarui Terus: Selalu cari ide baru agar kompetensi inti tetap relevan. Misalnya, pelajari teknologi baru atau dengarkan masukan pelanggan untuk meningkatkan produk.

Strategi Bersaing: 5P ala Mintzberg
Henry Mintzberg, seorang ahli manajemen terkenal, mengusulkan konsep 5P untuk menjelaskan strategi bersaing. Konsep ini membantu wirausaha memahami cara merancang strategi yang efektif:



Plan (Perencanaan): Strategi adalah rencana untuk mencapai tujuan jangka panjang. Misalnya, McDonald’s sukses karena konsisten dengan prinsip kualitas, pelayanan, dan kebersihan.

Pattern (Pola): Strategi juga bisa berupa pola tindakan yang sudah terbukti berhasil. Ini bisa berupa strategi yang direncanakan (intended strategy) atau yang sudah dijalankan (realized strategy).

Position (Posisi): Tentukan posisi produk Anda di pasar. Contohnya, Marlboro memposisikan diri sebagai rokok untuk pria petualang, sementara Sampoerna Mild menargetkan generasi muda dengan rokok ringan.

Perspective (Perspektif): Lihat ke dalam organisasi untuk membangun visi besar. Ini tentang menciptakan budaya dan tujuan yang menginspirasi tim.

Ploy (Permainan): Gunakan strategi untuk “mengelabui” pesaing, seperti meluncurkan produk baru untuk mengalihkan perhatian kompetitor.

Selain 5P, Richard D’Aveni (1994) menawarkan The New 7S, tujuh kunci sukses dalam persaingan dinamis:

Kepuasan Pemangku Kepentingan: Pastikan semua pihak—pemegang saham, karyawan, pemasok—puas dengan kinerja perusahaan.

Visi Jelas: Cari posisi yang tepat untuk produk Anda di pasar.
Kecepatan: Komunikasikan produk dengan cepat dan efektif.
Keunikan: Ciptakan produk atau jasa yang mengejutkan dan bernilai lebih.
Ubah Pola Persaingan: Hadirkan inovasi yang mengganggu strategi pesaing.
Komunikasi Strategis: Bangun hubungan emosional dengan karyawan dan pelanggan.
Dorongan Berulang: Terus ciptakan produk atau jasa baru yang memuaskan pelanggan.

Strategi Generik Porter: Cara Memenangkan Pasar
Michael Porter (1997) mengusulkan tiga strategi generik untuk mencapai keunggulan kompetitif: keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Mari kita bahas satu per satu:
1. Keunggulan Biaya (Overall Cost Leadership)
Strategi ini fokus pada menjadi produsen dengan biaya terendah di industri. Dengan biaya rendah, Anda bisa menawarkan harga kompetitif tanpa mengorbankan keuntungan. 

Contohnya, Wal-Mart berhasil karena efisiensi tinggi, overhead rendah, dan pengendalian biaya ketat.
Tips untuk Keunggulan Biaya:

Optimalkan proses produksi untuk mengurangi pemborosan.

Gunakan teknologi untuk menekan biaya.
Libatkan karyawan dalam usaha penghematan.

Risiko:

Pesaing bisa menawarkan biaya lebih rendah.
Jika terlalu fokus pada biaya, kualitas produk bisa menurun.

2. Diferensiasi (Differentiation)
Diferensiasi berarti menciptakan produk atau jasa yang unik, sehingga pelanggan rela membayar lebih.

Contohnya, Apple menawarkan desain premium dan pengalaman pengguna yang tak tertandingi.
Tips untuk Diferensiasi:

Tambahkan fitur unik, seperti pelayanan pelanggan yang superior atau desain produk yang menarik.

Bangun loyalitas merek melalui pemasaran yang kreatif.
Dengarkan kebutuhan pelanggan untuk menciptakan produk yang relevan.

Risiko:

Diferensiasi bisa memudar jika pesaing meniru.
Biaya produksi tinggi bisa mengurangi keuntungan.

3. Fokus (Focus)
Strategi fokus menargetkan segmen pasar tertentu, baik dengan biaya rendah (cost focus) atau diferensiasi (differentiation focus). 

Contohnya, BMW fokus pada mobil mewah untuk kalangan atas, bukan pasar massal.
Tips untuk Fokus:

Pahami kebutuhan segmen pasar Anda dengan mendalam.
Hindari bersaing di segmen yang sudah dikuasai kompetitor besar.
Ciptakan produk atau jasa yang sangat sesuai dengan segmen target.

Risiko:

Segmen pasar bisa menjadi kurang menarik seiring waktu.
Pesaing baru bisa masuk ke segmen yang sama.

Strategi Turunan: Contoh dari Dunia Nyata
Strategi turunan adalah variasi produk yang mempertahankan identitas merek sambil menjangkau pasar baru. 

Misalnya, Astra Honda Motor (AHM) meluncurkan motor PCX125, lalu PCX150, dan seterusnya. Produk-produk ini memiliki nama serupa, tetapi menawarkan variasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang berbeda. 

Strategi ini membantu AHM tetap relevan di pasar otomotif sambil memperkuat merek.

Mengapa Strategi Bersaing Penting?

Dalam dunia kewirausahaan, persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan. 

Menurut Porter, keunggulan bersaing lahir dari nilai yang bisa Anda ciptakan untuk pelanggan. 

Apakah itu produk yang lebih murah, lebih unik, atau lebih sesuai dengan kebutuhan tertentu, strategi yang tepat akan membantu Anda:

Menarik dan mempertahankan pelanggan.
Bertahan melawan ancaman pesaing baru atau produk pengganti.

Beradaptasi dengan perubahan pasar, seperti krisis ekonomi atau perubahan selera konsumen.

Kesimpulan: Wirausaha Sukses dengan Strategi Cerdas
Menjadi wirausaha sukses bukan hanya soal memiliki ide bagus, tetapi juga tentang bagaimana Anda menjalankannya. 

Dengan membangun kompetensi inti yang kuat dan menerapkan strategi bersaing—seperti keunggulan biaya, diferensiasi, atau fokus—Anda bisa memposisikan bisnis untuk unggul di pasar. 

Ingat, strategi bukan hanya rencana di atas kertas, tetapi juga pola tindakan, posisi pasar, visi besar, dan bahkan “permainan” untuk mengalahkan pesaing.

Apakah Anda siap membawa bisnis Anda ke level berikutnya? Mulailah dengan mengenali keunggulan unik Anda, memahami kebutuhan pelanggan, dan merancang strategi yang tidak hanya bertahan, tetapi juga mendominasi pasar. Yuk, wujudkan impian wirausaha Anda dengan langkah yang cerdas dan terarah!

12/12/20

Makalah Ijma' dan Qiyas dalam Islam

Makalah Ijma' dan Qiyas dalam Islam

Makalah Ijma' dan Qiyas Dalam Islam

Ijma’ dan qiyas adalah salah satu sumber hukum islam yang memiliki tingkat kekuatan argumentasi di bawah dalil-dalil Nash (Al-Qur’an dan Hadits)

Pengertian Ijma' dan Qiyas, Contoh hingga Macam-macamnya

Ijma’ dan qiyas adalah salah satu sumber hukum islam yang memiliki tingkat kekuatan argumentasi di bawah dalil-dalil Nash (Al-Qur’an dan Hadits).

Ia merupakan dalil pertama setelah Al-Qur’an dan Hadits yang dapat dijadikan pedoman dalam menggali hukum-hukum islam.

Namun ada komunitas umat islam tidak mengakui dengan adanya ijma’ dan qiyas itu sendiri yang mana mereka hanya berpedoman pada Al-Qur’an dan Al Hadits.

Mereka berijtihat dengan sendirinya itupun tidak lepas dari dua teks itu sendiri (Al-Qur’an dan Hadits).


Ijma’ dan qiyas muncul setelah Rasulullah wafat, para sahabat melakukan ijtihad untuk menetapkan hukum terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi. 

Khalifah Umar Ibnu Khattab RA. misalnya selalu mengumpulkan para sahabat untuk berdiskusi dan bertukar fikiran dalam menetapkan hukum.

Jika mereka telah sepakat pada satu hukum, maka ia menjalankan pemerintahan berdasarkan hukum yang telah disepakati.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian ijma’ dan qiyas
2. Macam-macam ijma’ dan qiyas
3. Kedudukan ijma’ dan qiyas dalam agama Islam
4. Pentingnya ijma’ dan qiyas dalam agama Islam

C. Tujuan        
Dalam penulisan makalah ini penulis bertujuan agar kita para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara untuk lebih memahami sumber hukum islam seperti ijma’ dan qiyas.


Yang telah disepakati oleh para mujtahid yang dijadikan sebagai sumber hukum islam setelah Al-Qur’an dan Hadits.

BAB II, Pembahasan 
A. Pengertian Ijma' dan Qiyas.

Ijma’ menurut bahasa artinya sepakat, setuju atau sependapat. 

Sedangkan menurut istilah; kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. 

Pada masa Rasulullah masih hidup, tidak pernah dikatakan ijma’ dalam menetapkan suatu hukum, kerena segala persoalan dikembalikan kepada beliau, apabila ada hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui hukumnya.

Pengertian qiyas. Secara Etimologi (bahasa) Qiyas menurut arti bahasa arab ialah penyamaan, membandingkan atau pengukuran, menyamakan sesuatu dengan yang lain.


Secara Terminologi (istilah) menurut ulama ushul Qiyas berarti menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadist dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.

Imam Syafi’i mendefinisikan qiyas sebagai upaya pencarian (ketetapanhukum) dengan berdasarkan dalil-dalil terhadap sesuatu yang pernah diinformasikan dalam al-Qur’an dan hadis.

Dalam kitab Ar-Risalah Imam Syafi’i juga berkata, “Qiyas adalah suatu yang dipecahkan berdasarkan dalil-dalil yang disesuaikan dengan informasi yang tersirat dalam al-Qur’an atau hadis, karena keduanya adalah kebenaran hakiki yang wajib dijadikan sumber

C. Macam-macam Ijma' dan Qiyas
Ijma’ ditinjau dari cara penetapannya ada dua:

Ijma’ Sharih Yaitu semua para mujtahid (pejuang islam) mengemukakan pendapat mereka masing-masing secara jelas dengan sistem fatwa atau qadha (memberi keputusan). 


Artinya setiap mujtahid menyampaikan ucapan atau perbuatan yang mengungkapkan secara jelas tentang pendapatnya,dan kemudian menyepakati salah satunya.

Ijma’ Sukuti (diam). Yaitu pendapat sebagian ulama tentang suatu masalah yang diketahui oleh para mujtahid lainnya, tapi mereka diam, tidak menyepakati atau pun menolak pendapat tersebut secara jelas. 

Ijma’ sukuti dikatakan sah apabila telah memenuhi beberapa kriteria berikut :

Diamnya mujtahid itu betul-betul tidak menunjukan adanya kesepakatan atau penolakan. 

Bila terdapat tanda-tanda yang menunjukan adanya kesepakatan, yang dilakukan oleh sebagian mujtahid. Maka tidak dikatakan ijma’sukuti, melainkan ijma’ sharih. Begitu pula bila terdapat tanda-tanda penolakan yang dikemukakan oleh sebagian mujtahid, itupun bukan ijma’sukuti.

Keadaan diamnya para mujtahid itu cukup lama, yang bisa dipakai untuk memikirkan permasalahannya, dan biasanya dipandang cukup untuk mengemukaka hasil pendapatnya.

Permasalahan yag difatwakan oleh mujtahid tersebut adalah permasalahan ijtihadi, yang bersumberkan dalil-dalil dzani (dugaan). 

Sedangkan permasalahan yang tidak boleh di-ijtihadi atau yang bersumber dari dalil-dalil tidak qath’I (pasti), jika seorang mujtahid mengeluarkan pendapat tanpa didasari dalil yang kuat, sedangkan yang lainnya diam. Hal itu tidak bisa disebut ijma’.

Contoh ijma’ sukuti. Diadakannya adzan dua kali dan iqomah untuk sholat jum’at, yang diprakarsai oleh sahabat Utsman bin Affan r.a. 

Pada masa kekhalifahan beliau. Para sahabat lainnya tidak ada yang memprotes atau menolak ijma’ Beliau tersebut dan diamnya para sahabat lainnya adalah tanda menerimanya mereka atas prakarsa tersebut.

Selain macam-macam ijma’ diatas, terdapat pula beberapa macam ijma’ yang dihubungkan dengan masa terjadinya, tempat terjadinya atau orang-orang yang melaksanakannya. Ijma’-ijma’ itu adalah :

Ijma’ sahabat, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW.

Contoh ijma’ sahabat Ijma’ sahabat tentang pemerintahan. Wajib hukumnya mengangkat seorang imam atau khalifah untuk menggantikan Rasulullah dalam menyangkut urusan agama dan dunia yang disepakati oleh para Sahabat Rasulullah.

Ijma’ khulafaur rasyidin, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bun Abi Thalib. 

Tentu saja hal ini hanya dapat dilakukan pada masa keempat orang itu hidup.

Contoh ijma’ fi’ly dari Khulafa’ Rosyidin Shalat tarawih adalah shalat dilakukan sesudah sholat isya’ sampai waktu fajar. 

Bilangan rakaatnya yang pernah dilakukan oleh Rasulullah adalah 8 rakaat.

Umar bin Khattab mengerjakannya sampai 20 rakaat. Amalan Umar bi Khattab ini disepakati oleh ijma’. Ijma’ ini tergolong ijma’ fi’ly dari Khulafa’ Rosyidin.

Ijma’ syaikhan, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh Abu Bakar dab Umar bin Kattab.

Ijma’ ahli madinah, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh ulama-ulama madinah.

Madzhab Maliki menjadikan ijma’ ahli madinah ini sebagai salah satu sumber hukum islam. Menurut pendapat Imam Malik yang menyatakan bahwa ijma’ mujthahid Madinah saja sudah merupakan kesimpulan ijma’.

Ijma’ ulama kuffah, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh ulama-ulama kuffah. Madzhab Hanafi menjadikan ijma’ ulama kuffah sebagai salah satu sumber hukum islam.

Ijma’ dipandang tidak sah, kecuali bila mempunyai sandaran, sebab ijma’ bukan merupakan dalil yang berdiri sendiri. Selain itu fatwa dalam masalah agama tanpa sandaran adalah tidak sah.

Ditinjau dari segi yakin atau tidaknya terjadi suatu ijma', dapat dibagi kepada:

ljma`qath`i, yaitu hukum yang dihasilkan ijma' itu adalah qath'i (pasti) diyakini benar terjadinya, tidak ada kemungkinan lain bahwa hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan berbeda dengan hasil ijma' yang dilakukan pada waktu yang lain.

ljma`Zhanni, yaitu hukum yang dihasilkan ijma' itu Zhanni (dugaan), masih ada kemungkinan lain bahwa hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan berbeda dengan hasil ijtihad orang lain atau dengan hasil ijma' yang dilakukan pada waktu yang lain.

Macam-macam Qiyas, Qiyas mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan pada tingkat kekuatan hukum karena adanya illat yang ada pada asal dan furu’, adapun tingkatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu :

Qiyas Awlawi, yaitu bahwa ‘illat yang terdapat pada far’u (cabang) lebih utama daripada ‘illat yang terdapat pada ashl (pokok). 

Misalnya mengqiyaskan hukum haram memukul kedua orang tua kepada hukum haram mengatakan “ah” yang terdapat dalam surat al-Isra’ ayat 23.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. 

Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. “(Q.S. Al Isra’ : 23).

Karena alasan (‘illat) sama-sama menyakiti orang tua. Namun, tindakan memukul dalam hal ini cabang (far’u) lebih menyakiti orang tua sehingga hukumnya lebih berat dibandingkan dengan haram mengatakan “ah” pada ashl.

Qiyas Musawi, yaitu qiyas di mana illat yang terdapat pada cabang (far’u) sama bobotnya dengan bobot ‘illat yang terdapat pada ashl (pokok). 

Contohnya keharaman memakan harta anak yatim berdasarkan firman Allah surah An-nisa’ : 10.

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا (10)

Yang artinya : Sebenarnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). 

Dari ayat diatas kita dapat mengqiyaskan bahwa segala bentuk kerusakan atau kesalahan pengelolaan atau salah menejemen yang menyebabkan hilangnya harta tersebut juga dilarang seperti memakan harta anak yatim tersebut.

Qiyas al-Adna, yaitu qiyas di mana ‘illat yang terdapat pada furu’ (cabang) lebih rendah bobotnya dibandingkan dengan ‘illat yang terdapat pada ashl (pokok).

Sebagai contoh, mengqiyaskan hukum apel kepada gandum dalam hal riba fadhal (riba yang terjadi karena adanya kelebihan dalam tukar menukar antara dua bahan kebutuhan pokok atau makanan). 

Dalam masalah kasus ini, illah hukumnya adalah baik apel maupun gandum merupakan jenis makanan yang bisa dimakan dan ditakar. 

Namun ada segi yang lain dari illah gandum yang tidak terdapat pada apel, apa itu? Apel tidak makanan pokok. Oleh karenanya, illah yang ada pada apel lebih lemah dibandingkan dengan illah yang ada pada gandum yang menjadi makanan pokok.

Apabila dilihat dari segi jelas atau tidak jelasnya ‘illat yang menjadi landasan hukum, maka qiyas dapat dibagi menjadi dua macam :

Qiyas Jali, yaitu qiyas yang dinyatakan ‘illatnya secara tegas dalam Al Quran dan Sunnah atau tidak dinyatakan secara tegas dalam kedua sumber tersebut.

Tetapi berdasarkan penelitian kuat dugaan bahwa tidak ada perbedaan antara ashl dan cabang dari segi kesamaan ‘illatnya. 

Misalnya, mengqiyaskan memukul kedua orang tua dengan larangan mengucapkan “ah” sebagaimana dalam contoh qiyas awla di atas. Menurut Wahbah al-Zuhaili, qiyas jali ini meliputi apa yang disebut dengan qiyas awla dan qiyas musawi.

Qiyas Khafi, yaitu qiyas yang illatnya di istinbatkan atau ditarik dari hukum ashl. 

Misalnya, mengqiyaskan pembunuhan dengan memakai benda tajam karena ada kesamaan ‘illat antara keduanya, yaitu kesengajaan dan permusuhan pada pembunuhan dengan benda tumpul sebagaimana terdapat pada pembunuhan dengan menggunakan benda tajam.

C. Kedudukan Ijma' dan Qiyas

Kebanyakan ulama’ mengetahui bahwa ijma’ merupakan sumber hukum yang kuat dalam menetapkan hukum islam dan menduduki tingkatan ketiga dalam sumber hukum islam. 

Kekuatan ijma’ sebagai sumber hukum islam ditunjukkan dalam nash Al-Qur’an dan Al-Hadist, diantaranya ialah: QS. An-Nisa: 59

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu”

Dengan demikian, pada dasarnya ijma’ dapat dijadikan alternative dalam menetapkan hukum suatu peristiwa yang di dalam Al-Qur’an atau Al-Hadist tidak ada atau kurang jelas hukumnya.

Kedudukan Qiyas. Dalam peranannya pada agama islam, qiyas sebagai hujjah (sumber hukum) islam yang keempat setelah al-Qur’an, al-hadist, dan ijma’. 

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa qiyas merupakan salah satu proses ijtihad, maka Imam Syafi’i mengatakan bahwa ijtihad itu sesungguhnya adalah mengetahui jalan-jalan qiyas. 

Oleh sebab itu, mujtahid harus mengetahui tentang qiyas dengan benar serta memungkinkan mujtahid untuk memilih hukum asal yang lebih dekat dengan objek. Mereka berpendapat demikian dengan berpegang kepada

Firman Allah SWT:

فَـاعْــتَــبِــيْــرُوْا يَـآ اُوْ لىِ اْلاَ بــْـصَارِ

"Hendaklah kamu mengambil I’tibar (contoh / ibarat / pelajaran). Hai orang-orang yang berfikiran". (Q.S. Al-Hasyr : 2)

Karena i’itibar artinya adalah "Qiyash-Syai’i-bisy-Syai’ (Membanding sesuatu dengan sesuatu yang lain).

D. Pentingnya Ijma' dan Qiyas dalam Agama Islam

Apabila kita tidak mendapatkan hukum dalam al-Qur’an maupun dalam as-Sunnah, maka kita tinjau apakah para ulama’ kaum muslimin telah ijma’. Apabila ternyata demikian, maka ijma’ mereka kita ambil dan kita laksanakan.

Para ulama bersepakat bahwa yang dijadikan landasan oleh ijma’ hanyalah Al-Qur’an dan Sunnah. 

Sementara itu untuk qiyas masih terdapat perbedaan pendapat. Dalam hal ini para fuqaha terbagi menjadi tiga pendapat:

Qiyas tidak dapat dijadikan landasan bagi ijma’, karena qiyas mempunyai beberapa segi yang bermacam-macam. 

Di segi lain kehujjahan qiyas bukanlah sesuatu yang disepakati, sehingga tidak mungkin qiyas dapat dijadikan landasan bagi ijma’.

Qiyas dengan segala bentuknya dapat dijadikan sandaran ijma’, karena qiyas adalah hujjah syar’iyyah yang didasarkan pada dalil-dalil nash. 

Apabila illat suatu qiyas disebutkan dalam nash atau sudah jelas sehingga tidak memerlukan pembahasan yang mendalam yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi, maka qiyas dapat dijadikan landasan oleh ijma’.

Sebaliknya jika illat suatu qiyas tidak jelas atau tidak disebutkan dalam nash, maka qiyas tersebut tidak dapat dijadikan landasan ijma

BAB III, Penutup
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ijma’ dan qiyas adalah suatu dalil syara’ yang memiliki tingkat kekuatan argumentatif di bawah dalil-dalil nas (Al Quran dan hadits). Ia merupakan dalil-dalil setelah Al Quran dan hadits. Yang dapat dijadikan pedoman dalam menggali hukum-hukum syara’.

Pada masa Rasulullah masih hidup, tidak pernah dikatakan ijma’ dan qiyas dalam menetapkan suatu hukum, karena segala permasalahan dikembalikan kepada beliau, apabila ada hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui hukumnya.

Adapun dari ijma’ dan qiyas itu sendiri harus memenuhi syarat-syarat tertentu, agar dalam kesepakatan para mujtahid dapat diterima dan dijadikan sebagai hujjah/ sumber hukum.

Serta dari ijma’ dan qiyas itu sendiri terdapat beberapa macam. Dari beberapa versi itu lahirlah perbedaan-perbedaan dalam pandangan ulama’ mengenai ijma’ dan qiyas itu sendiri.

B. Saran dan Kritikan

Jadikanlah makalah ini sebagai media untuk memahami diantara sumber-sumber Islam (ijma’ dan qiyas) demi terwujudnya dan terciptanya tatanan umat (masyarakat) adil dan makmur. Kami sadar, dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dan konstruktif demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Daftar Pusaka:
- M. Ali Hasan. Perbandingan Mazhab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007.
- Drs. Moh. Rifa’i. Usul Fiqih. Bandung: PT. Alma’arif 1973.
- Prof. Dr. Abdul Wahab Khallaf. Ilmu Usul Fiqih. Pustaka Amani, Jakarta 2003.
- Prof. Abdul Wahab Khallaf. Ilmu Ushul Fiqih. Dina Utama, Semarang 1994m
- Prof. Dr. Rachmat Syafi’i. MA. Ilmu Usul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia 2007.
- Prof. Muhamad Abu Zahrah. Usul Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus, Cetakan Pertama 1994., Cetakan Kesembilan 2005.
- Drs. H. A. Syafi’i Karim. Fiqih Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, Cetakan Pertama 1997., Cetakan Kedua 2001
- Drs. Chaerul Uman Dkk. Ushul Fiqih 1. Pustaka Setia, Bandung 1998.


 Mengenal Islam: Makna, Karakteristik, dan Sejarah Masuknya di Indonesia

Mengenal Islam: Makna, Karakteristik, dan Sejarah Masuknya di Indonesia

Mengenal Islam: Makna, Karakteristik, dan Sejarah Masuknya di Indonesia




gudangmakalah165.blogspot.com - Islam adalah agama universal yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada para Rasul-Nya untuk menjadi pedoman hidup umat manusia. 

Sejak pertama kali diturunkan hingga hari ini, Islam terus menyebar dari satu generasi ke generasi berikutnya, menjadi petunjuk hidup yang tak lekang oleh waktu. 

Islam bukan hanya sekadar agama, tetapi juga rahmat dan hidayah bagi seluruh alam semesta, sebagaimana tercermin dari sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Saat ini, umat Islam menjadi komunitas keagamaan terbesar di dunia setelah Kristen. Bahkan, banyak orang yang kemudian memutuskan untuk memeluk Islam (mualaf) setelah mengenal lebih dalam ajaran Nabi Muhammad SAW. 

Hal ini menunjukkan bahwa Islam memiliki daya tarik spiritual dan intelektual yang kuat. 
Namun di balik jumlah yang besar itu, muncul tantangan tersendiri: banyak yang mengaku Muslim tetapi belum memahami makna sejati dari keislaman. 



Ada yang sekadar menjadikan identitas Islam sebagai pelengkap administratif di KTP, tanpa menghayati nilai-nilainya.

Fenomena ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya memahami Islam tidak hanya secara ritual, tetapi juga secara esensial. 

Maka dari itu, tulisan ini hadir untuk mengupas lebih dalam tentang makna Islam dari sisi bahasa, istilah, dan syariat. 

Tak hanya itu, kita juga akan membahas karakteristik unik Islam serta sejarah panjang bagaimana agama ini masuk dan berkembang di bumi Indonesia.

Apa Itu Islam?

1. Pengertian Agama dari Berbagai Bahasa

Sebelum memahami Islam secara khusus, mari kita lihat terlebih dahulu makna agama secara umum dari beberapa perspektif bahasa:

Bahasa Sanskerta: Kata "agama" berasal dari gabungan ‘a’ (tidak) dan ‘gama’ (kacau), yang berarti "tidak kacau". Dalam arti lain, agama adalah jalan yang menuntun manusia menuju keteraturan dan keridhaan Tuhan.



Bahasa Inggris: Kata “religion” berasal dari bahasa Latin “relegere” yang berarti mengumpulkan atau membaca. Dalam konteks agama, ini merujuk pada kumpulan ajaran suci yang menjadi panduan hidup umat manusia.

Bahasa Arab: Agama dikenal dengan istilah “din” yang memiliki berbagai makna seperti balasan, perhitungan, peraturan, dan kepatuhan. Din mengandung unsur hukum ilahi yang mengatur perilaku manusia dan membedakan pahala serta dosa.

2. Definisi Islam secara Etimologis

Secara etimologi, kata Islam berasal dari bahasa Arab "salima" yang berarti selamat atau damai. Dari akar kata ini terbentuk kata aslama yang berarti berserah diri, tunduk, dan patuh kepada kehendak Allah. Maka, seorang Muslim adalah mereka yang menyerahkan dirinya kepada Allah secara total, baik dalam keyakinan maupun perbuatan.

3. Definisi Islam secara Terminologi

Secara terminologis, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir. Islam adalah sistem hidup yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia—mulai dari ibadah, sosial, ekonomi, pendidikan hingga pemerintahan.



Islam membawa ajaran yang sempurna dan paripurna untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Ajaran-ajarannya bersumber dari Al-Qur’an sebagai kitab suci, serta hadits Rasulullah SAW sebagai penjelas sekaligus teladan pelaksanaannya.

4. Islam dalam Perspektif Syar’i

Secara syar’i, Islam didefinisikan sebagaimana dijelaskan dalam firman-firman Allah dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Beberapa ayat penting antara lain:

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam." (QS Ali Imran: 19)

"Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS Ali Imran: 85)

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu." (QS Al-Maidah: 3)

“Barang siapa yang Allah kehendaki untuk diberi petunjuk, niscaya Dia lapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam." (QS Al-An'am: 125)

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam." (QS Ali Imran: 102)

Dari ayat-ayat ini, jelas bahwa Islam bukan hanya sekadar identitas, tetapi sebuah jalan hidup yang harus dijalani dengan penuh kesadaran dan keimanan.

Karakteristik Unik Agama Islam

Islam bukanlah agama yang stagnan atau kaku. Justru sebaliknya, Islam hadir sebagai agama yang menyatu dengan fitrah manusia. Berikut adalah enam karakteristik utama yang menjadikan Islam unik dan membedakannya dari agama-agama lainnya:

1. Agama Fitrah
   Islam sesuai dengan naluri manusia, membawa ajaran yang alami dan mudah diterima oleh akal dan hati nurani.

2. Agama Rasional
   Ajaran Islam sangat logis dan mengajak umatnya untuk berpikir, menalar, serta menggunakan akal dalam memahami kebenaran.

3. Agama Moderat
   Islam menekankan keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara hak dan kewajiban, serta antara spiritualitas dan sosialitas.

4. Agama yang Mudah
   Ajaran Islam tidak memberatkan umatnya. Dalam kondisi tertentu, Islam memberikan keringanan (rukhshah) seperti menjamak salat saat safar.

5. Agama Tauhid
   Pondasi utama Islam adalah tauhid, yakni pengesaan kepada Allah. Segala aspek dalam Islam berorientasi pada keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

6. Agama yang Sempurna
   Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia—ibadah, muamalah, akhlak, hukum, hingga urusan kenegaraan.

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

Perjalanan Awal

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu, dan Buddha. 
Bukti sejarah berupa candi dan prasasti menunjukkan bahwa budaya spiritual telah lama berkembang di nusantara. Namun, kedatangan Islam membawa semangat baru dalam kehidupan masyarakat.

Para sejarawan memiliki beberapa teori mengenai asal mula masuknya Islam ke Indonesia:

1. Teori Gujarat
   Teori ini menyebutkan bahwa Islam masuk melalui pedagang dari Gujarat, India, sekitar abad ke-13. Pendukung teori ini adalah Snouck Hurgronje.

2. Teori Persia
   Menurut teori ini, Islam masuk dari Persia. Bukti kesamaan budaya dan tradisi menjadi dasar pendapat ini, seperti peringatan 10 Muharram (Asyura).

3. Teori Arab
   Beberapa ulama seperti Hamka dan Alwi Shihab meyakini bahwa Islam masuk langsung dari Mekkah dan Madinah, sejak abad ke-7, dibawa oleh para pedagang Arab.

Cara Islam Menyebar di Indonesia

Penyebaran Islam di Indonesia tidak terjadi secara agresif atau melalui penaklukan, tetapi melalui pendekatan damai dan budaya yang sangat efektif. Berikut beberapa jalur penyebaran Islam di Indonesia:

1. Melalui Perdagangan
   Interaksi antara pedagang Arab dan masyarakat lokal sangat intens. Hubungan ekonomi yang baik memudahkan para pedagang menyampaikan ajaran Islam. Mereka tidak hanya berdagang, tapi juga berdakwah. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya kerajaan Islam seperti Samudra Pasai dan Malaka.

2. Melalui Budaya (Kultural)
   Para wali songo memainkan peran penting dalam metode dakwah kultural. Sunan Kalijaga, misalnya, menyisipkan nilai-nilai Islam dalam pertunjukan wayang. Sunan Giri menciptakan permainan anak-anak bernuansa Islam seperti cublak-cublak suweng. Islam disebarkan melalui seni dan budaya yang telah melekat di hati masyarakat.

3. Melalui Pendidikan
   Pesantren menjadi pusat penyebaran Islam yang sangat efektif. Banyak tokoh dakwah berasal dari pesantren, seperti Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo. Para santri juga berperan aktif menyebarkan Islam ke berbagai wilayah Indonesia.

4. Melalui Kekuasaan Politik
   Peran para Sultan sangat penting dalam memperkuat posisi Islam. Kesultanan Demak di Jawa dan kerajaan Gowa-Tallo di Sulawesi menjadi pusat dakwah dan pelindung bagi para mubaligh. Dukungan politik ini menjadikan Islam berkembang lebih luas dan mapan.

Penutup

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, mengatur setiap aspek kehidupan umat manusia. Bukan hanya sebagai sistem keyakinan, tetapi juga sebagai sistem sosial, politik, budaya, dan pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kedamaian, dan kasih sayang.

Pemahaman terhadap Islam secara etimologis, terminologis, dan syar’i sangat penting agar kita tidak hanya menjadi Muslim dalam dokumen, tetapi juga dalam hati, pikiran, dan tindakan. Dengan mengetahui karakteristik Islam serta sejarah masuknya di Indonesia, kita bisa lebih menghargai dan menghayati ajaran Islam sebagai rahmat yang tak ternilai.


Belajar Sambil Bermain: Sentra Musik dan Gerak Bertema Sirkus untuk Anak PAUD

Belajar Sambil Bermain: Sentra Musik dan Gerak Bertema Sirkus untuk Anak PAUD

Belajar Sambil Bermain: 

Sentra Musik dan Gerak Bertema Sirkus untuk Anak PAUD

Ingin membuat pembelajaran PAUD lebih seru? Yuk, kenali gelaran sentra musik dan gerak bertema sirkus yang kreatif dan menyenangkan untuk anak-anak!

gudangmakalah165.blogspot.com - Ingin membuat pembelajaran PAUD lebih seru? 
Yuk, kenali gelaran sentra musik dan gerak bertema sirkus yang kreatif dan menyenangkan untuk anak-anak!

Apa Itu Gelaran Sentra Bermain?

Gelaran sentra bermain adalah pendekatan inovatif dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yang menggabungkan belajar dan bermain dalam satu wadah. 

Berbeda dengan istilah “sentra” atau “area” yang umum digunakan di taman kanak-kanak, gelaran sentra bermain terinspirasi dari kesederhanaan pedagang kaki lima. 

Cukup dengan “gelaran” sederhana seperti terpal atau tikar, guru bisa menciptakan pusat kegiatan yang mendukung eksplorasi anak sesuai gaya belajar, tingkat perkembangan, dan latar belakang mereka.

Prinsip utama gelaran sentra bermain adalah individualisasi pengalaman belajar. 



Anak bebas memilih aktivitas yang mereka sukai, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna.

Mengapa Gelaran Sentra Bermain?

Banyak guru PAUD menghadapi kendala seperti keterbatasan ruang kelas, minimnya alat permainan edukatif, atau kurangnya interaksi dua arah dengan anak. 

Gelaran sentra bermain hadir sebagai solusi praktis dengan keunggulan berikut:

Fleksibel dan hemat ruang: Tidak perlu kelas besar, cukup siapkan “gelaran” sederhana yang bisa dipindah ke dalam atau luar ruangan.

Kreatif dan kontekstual: Guru dapat menyesuaikan aktivitas dengan situasi lokal, menggunakan bahan daur ulang yang mudah didapat.



Mudah diterapkan: Cocok untuk berbagai kondisi, dari TK, RA, hingga Pos PAUD, dengan prinsip “di mana saja, kapan saja, siapa saja”.

Meningkatkan keterlibatan: Anak lebih aktif bereksplorasi, dan guru terinspirasi untuk berinovasi.

Sentra Musik dan Gerak: Pusat Kreativitas Anak

Sentra musik dan gerak adalah wadah kegiatan yang berfokus pada seni musik, gerak kinestetik, dan olah tubuh. 

Anak-anak diajak bermain alat musik sederhana, bernyanyi, menari, atau berpantomim, sekaligus mengembangkan kreativitas mereka. 

Dengan tema sirkus, sentra ini menjadi lebih menarik karena anak bisa berimajinasi menjadi badut, pesulap, atau musisi perkusi!

Manfaat sentra musik dan gerak meliputi:



Kognitif: Musik meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional, terutama dalam logika matematika dan bahasa.

Bahasa: Lagu dan syair menambah kosakata serta pemahaman makna.

Motorik: Bermain alat musik seperti piano atau gendang melatih koordinasi tangan dan mata.
Sosial-emosional: Musik membantu anak mengekspresikan perasaan dan mengurangi stres.

Mengembangkan Tema Sirkus dalam Sentra Musik dan Gerak
Tema sirkus dikembangkan menjadi empat sub-tema yang diterapkan selama satu bulan, yaitu:

Badut Sirkus
Pesulap Kecil
Kotak Ajaib
Musik Perkusi
Sub-tema ini diintegrasikan dengan indikator perkembangan seperti logika matematika, kemampuan kinestetik, linguistik, hingga kecerdasan spiritual dan naturalis, sehingga pembelajaran menjadi holistik.

Contoh Kegiatan: Menonton Sirkus
Salah satu kegiatan seru dalam sentra musik dan gerak bertema sirkus adalah “Menonton Sirkus”. 

Kegiatan ini menggunakan wayang kertas sederhana untuk mendongeng tentang pertunjukan sirkus, menciptakan pengalaman belajar yang interaktif dan menyenangkan.

Deskripsi Kegiatan
Guru menceritakan kisah sirkus menggunakan wayang kertas yang terbuat dari kertas bergambar, sumpit, dan plastik laminating. Setelah cerita selesai, anak-anak diajak mencoba bercerita sendiri atau menyanyikan lagu bertema sirkus, seperti “Pergi ke Sirkus”.

Tujuan
Menambah perbendaharaan kata anak.
Melatih konsentrasi dalam mendengarkan cerita.
Indikator
Anak mampu memahami cerita yang disajikan.
Anak dapat menyebutkan kata-kata terkait sirkus.
Anak bisa menyanyikan lagu “Pergi ke Sirkus”.
Alat dan Bahan
Kertas bergambar
Gunting
Lem
Sumpit
Plastik laminating
Gabus
Cara Membuat Wayang Kertas
Cari gambar bertema sirkus dari media cetak atau elektronik.
Gunting gambar sesuai pola.
Laminasi gambar untuk ketahanan.
Tempelkan sumpit di belakang gambar sebagai pegangan.
Langkah Kegiatan
Guru menyiapkan wayang kertas dan menancapkannya ke gabus.
Guru bercerita menggunakan wayang kertas tersebut.
Anak-anak diberi kesempatan untuk bercerita atau bernyanyi menggunakan alat yang sama.
Ayo Ciptakan Pembelajaran Seru untuk Anak!
Gelaran sentra musik dan gerak bertema sirkus adalah cara kreatif untuk membuat anak PAUD belajar sambil bersenang-senang. Cobalah di kelas Anda, dan lihat bagaimana anak-anak bersinar dengan kreativitas mereka!

Kesimpulan

Gelaran sentra bermain, khususnya sentra musik dan gerak bertema sirkus, adalah solusi inovatif untuk mengatasi keterbatasan dalam pembelajaran PAUD. Dengan pendekatan yang fleksibel, kontekstual, dan menyenangkan, metode ini mendukung perkembangan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial-emosional anak. Yuk, mulai bereksperimen dengan ide-ide kreatif ini di kelas Anda!